KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Tuesday, 7 April 2015

KUTBAH JUMAT ASWAJA NU : MENGINGAT KEMATIAN




الْحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَوةَ  لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِى قَائِلَهَا مِنَ النِّيْرَانِ, 
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله, اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَالله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا اَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَمَا الْحَيَوةَ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ  وَلَلدَّارُ اْلأَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْنَ

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita terhadap Allah SWT. Takwa dalam arti melaksanakan segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA, sebab dengan taqwalah yang akan mengantarkan kita menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Diantara ketakwaan kita terhadap Allah adalah mengisi atau memanfaatkan kesehatan dan waktu luang dengan perbuatan-perbuatan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Puji dan syukur kita panjatkan kepda Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali melaksanakan sholat Jum’at, betapa banyak orang yang tidak diberi kesempatan untuk bersholat Jum’at hari ini. Mungkin ada yang sakit, atau bahkan ada yang telah dicabut nyawanya. Kita termasuk manusia yang berbahagia yang masih segar bugar, dapat sholat berjamaah dimasjid ini.

Jamaah Jum’at rakhimakumulloh
Ada sebuah hal yang terkadang kita luput memikirkanya, meskipun suatu saat kita bakal menghadapinya. Apakah perkara itu? Tiada lain adalah kematian. Siapapun akan mengalami mati, kematian adalah keniscayaan yang dialami oleh setiap manusia walaupun sebabnya berbeda-beda. Sebagaimana firman Allah;
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوُكمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Artinya: ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kami-lah kamu kembalikan.” ( QS Al-anbiya 35).
Ayat tadi jelas memberitahukan kepada kita tentang kematian setiap yang bernyawa, termasuk di dalamnya adalah manusia. Hanya saja kapan ajal itu akan datang., jauh atau dekat, diharapkan atu dijauhi pasti datang pada masing-masing orang. Allah berfirman di dalam QS Al-Jumu’ah ayat 8:

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلَى عَلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. ” (QS Al-Jumuah : 8).

Jamaah yang dirahmati Allah SWT
Lalu, apa arti kita hidup didunia? Dunia adalah tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi.
Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu benyak menyita hidup kita untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar di sekitar dunia. Padahal kita sangat perlu untuk menyeimbangkan keduanya.
Dalam hal menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, Rasulullah SAW Bersabda:

إِتَّقِ الله حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اَلْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: ”Bertakwalah kamu kepada Allah dimana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskanya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik. ” (HR Tirmidzi dan Ahmad )
Wasiat Rasulullah ini menunjukan betapa tingginya perhatian Rasulullah kepada kita dengan memberikan wasiat dalam tiga hal, tentang cara berinteraksi dengan Allah, berinteraksi dengan nafsu, dan berinteraksi dengan sesama manusia.
Dari hadis tersebut, kita semua bisa merasakan efektifitas kehidupan kita di dunia ini jika dimanfaatkan untuk kebaikan demi kehidupan di akhirat nanti. Beliau sangat berharap agar kita bisa berinteraksi dengan benar kepada siapa saja sehingga kita menjadi manusia yang bisa merasakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Jamaah yang dimuliakan Allah
Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu.
Kita sering mudah berterimakasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanjakan kita dengan nikmat-nikmat-NYA, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.
Sedangkan dengan mengingat kematian akan mendorong seseorang untuk mempersiap kan bekal kematian, menghindarkan melakukan perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada kemaksiatan dan mendorong berlaku taqwa.
Sehubungan dengan Mengingat Kematian ini Rasulullah bersabda:

اَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذُّنُوْبَ وَيُزْهِدُ الدُّنْيَا.

Artinya: ”perbanyaklah mengingat kematian, Sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa, dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia.”
Dalam perspektif Islam orang yang banyak mengingat kematian dinilai sebagai orang yang cerdik. Rasulullah SAW. Bersabda:

اكْيَسُ النَّاسِ اَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ وَاَشَدُّهُمْ اِسْتِعْدَادًا لَهُ اُوْلَئِكَ هُمُ اْلاَكيَاسُ ذَهَبُوْا بِشَرَفِ الدُّنْيَا وَكَرَامَةِ اْلاَخِرَاةِ. (ابن ماجة)

Artinya: ”secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatanya kepada kematian, serta yang terbanyak persiapanya menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik. Dan mereka akan pergi ke alam baka dengan memba wa kemulian dunia serta kemuliaan akhirat.” (HR Ibnu Majah).

Jamaah yang dimuliakan Allah
Sekurang-kurangnya ada 7 Cara Mengingat Kematian, sebagai mana berikut ini;

Pertama, Meningkatkan pemahaman tentang kehidupan sesudah mati. Hal ini sesuai dengan  firman Allah SWT; bahwa sesungguhnya kehidupan di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa….. وَلَلدَّارُ اْلأَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْن

Kedua, Menjadikan dunia sebagai tempat menanam kebajikan dan tempat persinggahan. Menanam benih-benih kebajikan sangat dianjurkan dalam Islam selagi kita hidup di dunia, karena dengan demikian, kita akan memanen kebajikan itu di akhirat nanti;

Ketiga, penting untuk menyadari bahwa kematian itu sangat dekat dengan kita, kapan pun dan di manapun, kematian pasti terjadi;

Keempat, dengan membiasakan untuk menjenguk orang sakit baik itu keluarga maupun tetangga dan mendoakannya agar diberi kesembuhan;

Kelima, bertakziah kepada yang ditimpa musibah kematian, bisa dengan sukarela ikut mengurus, memandikan, menshalati jenazah dan mengantar jenazah sampai dengan penguburan jenazah.
Keenam, membiasakan diri untuk berziarah kubur, utamanya adalah berziarah kepada sanak keluarga yang sudah mendahului kita; atau sesekali berziarah ke makam alim-ulama dan waliyullah di berbagai tempat.
Ketujuh, berusaha untuk selalu berdoa agar pada saatnya, kita dijemput kematian yang diridhai Allah SWT, yang khusnul khatimah, terbebas dari siksa kubur dan siksa api neraka; memperbanyak dzikir dan doa yang diajarkan Rasulullah SAW, yang dapat menjadi sarana bagi kita untuk mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya. Doa dan dzikir tersebut, misalnya, saat tahiyyat akhir sebelum salam dianjurkan untuk berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)

Demikian Khutbah Jumat kali ini…..

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَقِيْكُمْ  ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْن. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيمْ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيمْ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيمْ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


Sumber : pcnucilacap

No comments: