Masjid Al-Mubarak TQN Center, Rawamangun, Jakarta Timur |
Semakin hari perjuangan hidup semakin keras, apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta. Semakin padat penduduknya, semakin tinggi persaingan mencari sesuap nasi. Persoalan ekonomi, politik, kemiskinan, lalulintas hingga pergaulan bebas semakin akut. Belum lagi akhir-akhir ini, curah hujan tinggi dan banjir terjadi di banyak titik di Jabodetabek.
Di tengah kondisi demikian, tingkat stres masyarakat semakin meningkat pula. Menurut sebuah laporan penelitian oleh American Psychological Association (APA), kemajuan masyarakat kota di era modern melahirkan masalah kejiwaan seperti depresi, stress dan penyakit-penyakin kejiwaan lainnya. Hal ini disebabkan kesibukan dan berbagai problem perkotaan telah merenggut perhatian mereka dari urusan spiritualitas.
Masyarakat kota disibukkan penuhi kebutuhan-kebutuhan badan semata, seperti makan, minum, seks. Sementara jiwa mereka lapar dan mereka kehabisan waktu dan energi untuk memenuhinya. Stres pun menjangkiti.
Sebagian sudah mulai sadar. Mereka kembali peduli pada kebutuhan jiwa. Aktifitas spiritual pun dimulai. Inilah benih tumbuh-kembangnya spiritualitas di perkotaan. Masyarakat kota semakin haus spiritualitas. Sebagai contoh, Alvin Toffler dalam bukunya Future Shock (1974) menyebutkan ada sekitar 4.000 komunitas spiritual di Amerika Serikat. Berbagai ritual dan even spiritual diadakan, seperti yoga, meditas, seminar motivasi, dan lain-lain.
Fenomena serupa terjadi di Jakarta dan sekitarnya yang mayoritas penduduknya Muslim. Di tengah akutnya problem ekonomi, sosial, politik, budaya dan keamanan di Jakarta dan sekitarnya, mejalis-majelis dzikir dan kajian spiritual tumbuh subur. Ulama dan tokoh yang peduli pada spiritualitas mulai populer dan dicari.
Di tengah kondisi demikianlah sosok KH.Wahfiudin muncul. Selaku murid sekaligus wakil talqin Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin (Abah Anom), beliau menjadi salah satu penyebar dan pengembang spiritualitas di Jakarta, nasional bahkan mancanegara. Abah Anom sendiri adalah Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
Sejak 2010 berdirilah TQN Center Jakarta atas prakarsa beliau dan dukungan mursyid, segenap sesepuh TQN Suryalaya dan ikhwan-akhwatnya di Jakarta. Hingga kini TQN Center menjadi satu dari sekian banyak pusat kegiatan dan kajian spiritualitas di Jakarta.
Secara rutin, TQN Center menggelar majelis dzikir dan kajian spiritual, baik harian, mingguan, bulanan hingga tahunan. Ratusan warga se-Jabodetabek yang rindu ingin dekat dengan Allah, secara rutin mengunjungi pusat dzikir dan kajian spiritual yang terletak di Jl.Waru No.15A Rawamangun ini. (CCP)
No comments:
Post a Comment