KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Sunday 24 May 2015

BULAN SYA'BAN: ARAH KIBLAT DIRUBAH, IBADAH DIMONITOR




Dalam riwayat Rosulullah pernah bersabda “Sya’ban itu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini banyak diabaikan oleh umat manusia, padahal dalam bulan ini, amal-amal hamba itu diangkat diterima oleh Allah Swt. Aku ingin amalku diterima oleh Allah di  bulan Sya’ban dalam keadaan aku berpuasa” HR. Baihaqi.

Aisyah RA menuturkan “ Aku tidak pernah melihat Rosulullah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa di luar Ramadhan, kecuali di bulan Sya’ban.” HR. Muttafaq ‘alaih.

Hadits tersebut menunjukan bahwa bulan Syaban merupakan bulan “pemanasan puasa”  atau prakondisi Ramadhan. Puasa, sebagai amalan yang dianjurkan, di bulan Sya’ban, merupakan latihan persiapan yang diharapkan dapat memantapkan kualitas puasa Ramadhan. Jika diibaratkan bercocok tanam, syaban merupakan bulan menyamai benih, mulai merawat pertumbuhan “ tanaman kebaikan”, sedangkan Ramadhan merupakan bulan pemanen. Artinya kita tidak mungkin dapat memanen kebaikan kalau tidak perah menanam dan merawatnya.

Pesan lain yang dapat dipetk adalah, bahwa ibadah bulan Ramadhan akan lebih sempurna dan lebih produktif jika didahului dengan latihan-latihan spiritual ( riyadhah ruhiyah) yang terprogram secara berkelanjutan. Karena ibadah dalam Islam pada umunya menuntut adanya konsistensi ( istiqomah) dan berkelanjutan bukan hanya dilakukan sekali dan langsung sempurna, kecuali ibadah haji.

Keutamaan Sya’ban juga diterangkan ole Nabi Saw. Bahwa pada malam pertengahan itu ( malam nisfu Sya’ban)  Allah SWT turun ke langit dunia untuk “memonitor” semua mahluk, lalu mengampuni hamba-hamba-Nya yang beristighfar, kecuali orang musyrik dan orang yang saling bermusuhan.(H R. Ibnu Majjah). Jadi sebagai persiapan mental spiritual kita perlu bermuhasabah dengan kiamullail (sholat tahajud), bertaubat, berzikir, bermunajat sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Selain itu dibulan Sya’ban juga, Allah menetapa arah kiblat umat Islam dari masjid Aqsa di  Baitul Makdis Palestina, ke Ka’bah di Masjidil Haram, Mekah. Perubahan arah kiblat itu membawa hikmah besar bagi Nabi SAW. Sendiri maupun bagi umat Islam. Yaitu perubahan aqidah “Tauhid Laa ilaaha illallah” dan perlunya persatuan umat.

Pemaknaan Sya’ban sebagai bulan pemantapan iman, persiapan mental spiritual sebelum  Ramadhan dan pemersatu umat menjadi sangat sesuai dengan arti dan konteks sejarah. Menurut dinamai Sya’ban karena orang-orang Arab pada waktu itu banyak berpencar untuk mencari mata air sehingga terpencar dan bercerai-berai. Sedagkan mencari air di padang pasir mempunyai makna berjuang mati-matian untuk mempertahankan hidup dan meraih masa depan yang lebh baik.

Jadi bulan Sya’ban harus dimaknai dan diisi dengan memperbanyak amalan-amalan sunah yang dapat me-refresh spiritualitas dan moralitas kita sehingga saat masuk Ramadhan kita lelah benar-benar siap untuk berpuasa lahir bathin. Maka Nabi SAW. mengajarkan kita agar berdo’a “ Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan antarkanlah kami sampai berpuasa di bulan Ramadhan”.

Wassalam
Sumber : Republika

No comments: