Saudara-saudara kaum muslimin.
Dari keterangan Agama, nyatalah bahwa
Rosul-rosul Allah yang diutus kepada manusia, adalah untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kedudukan manusia. Agar kita hidup benar-benar seperti manusia,
jangan sampai kita hidup seperti hewan atau seperti syeithan, atau jangan
seperti batu atau seperti alat-alat perkakas seperti benda mati.
Maka, untuk sampai kepada tujuan tersebut,
kita harus memperbaiki masalah tauhid atau keyakianan kita kepada Allah Swt.
Karena tauhid merupakan pokok atau pondasi keimanan yang paling penting atau
pondasi Agama yang paling utama.
Dengan kokohnya dan bersihnya tauhid kita
kepada Allah Swt. Maka manusia tidak akan menyembah mahluk, atau meminta kepada
benda-benda yang tidak dapat menolak bahaya. Ia tidak akan menundukkan jiwanya,
tidak akan menyerahkan dirinya dan tidak akan menyembah dengan seluruh jasmani
dan rohaninya, melainkan hanya kepada Allah Swt saja. Dan yang selain Allah swt
dianggapnya seperti dirinya juga, menjadi mahluk Allah dan sama-sama bergantung
kepada Allah yang Maha Kuasa. Bukti rosul-rosul Allah itu membawa tauhid, telah
diterangkan dalam Al-Quran : Surat Al-Anbiya : 25
Artinya : “Dan tidaklah kami utus
rosul-rosul sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Aku, Sebab itu hendaklah kamu menyembah ku”.
Pertanyaanya..? Apakah hasilnya jika umat
sudah bertauhid kepada Allah Swt? Dan sudah benar-benar meng Esakan Tuhan?
Maka, hasilnya adalah segala Undang-undang atau peraturan yang telah Allah
turunkan dengan nama agama itu, pastilah akan sangat dijunjung tinggi dan akan
dilaksanakan dengan taat, patuh dan setia dengan keyakinan yang kuat dan
kepercayaan yang bulat, bahwa Agama Allah itu akan membawa kebaikan untuk
dirinya dan kemaslahatan untuk umum. Dan jika kita telah melaksanakan aturan
atau hukum Allah dan melaksanakan yang diperintahkan dalam Agama, maka kita
sudah berada pada jalan yang lurus dalam pimpinan Allah Swt. Yang akan
mengantarkan kita pada akhir kesudahan yang sebaik-baiknya. Berarti juga bahwa
kita telah berpegang teguh pada tali Agama yang kuat, yang tidak akan putus
sampai menghadap Allah Swt di akhir hayat nanti. Sebagaimana yang Allah
terangkan dalam Al-Quran : Surat Luqman ayat 22.
Artinya : “Dan barangsiapa yang menyerahkan
diri kepada Allah. Serta ia berbuat baik, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada tali yang kuat dan kepada Allah berakhir semua perkara”
Saudara-saudara kaum muslimin.
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui, apakah
benar atau tidaknya tauhid seseorang kepada Allah itu, dapat dilihat dari
kepatuhan dan ketaatannya dalam menjalankan perintah-perintah Agama yang
dianjurkan pada dirinya, atau menjauhkan segala larangan Agama yang telah
dicegah pada dirinya. Serta ia tidah menolak hukum-hukum Allah dan rosulnya
yang telah dijatuhkan pada dirinya. Bahkan ia tidak akan memilih hukum lain
selama hukum Allah dan Rosulnya masih ada dan mampu dijalankan. Maka orang yang
menyimpang dari hukum Allah dan Rosulnya dianggap oleh Agama telah tersesat
jalan. Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Ahzab : 36
Artinya : “Tidaklah berhak bagi orang-orang
mumin laki-laki dan perempuan, apabila Allah dan Rosulnya memutuskan suatu
hukum, mereka memilih kemauannya sendir. Dan barangsiapa durhaka, yakni tidak
mau tunduk dengan hukum Allah dan Rosulnya, maka sesungguhnya ia telah tersesat
dengan satu kesesatan yang nyata.”
Jadi, tanda-tanda orang yang bertauhid
kepada Allah SWT ialah orang yang yang menyerahkan diri kepada-Nya dan taat menjalankan
perintah Agamanya. Dan menjalankan perintah Agama itu ialah mengerjakan
kebaikan-kebaikan yang dianjurkan oleh Agama dan meninggalkan segala
larangannya.
Maka hasil dari pendidikan Tauhid itu ialah
:
Pertama, mengutamakan perintah Agama dari
segala perintah yang lain. Mengalahkan perasaan yang seringkali menghalangi
seseorang untuk mengerjakan perintah Agama, seperti tskut akan rugi,
membuang-buang waktu, takut hartanya berkurang, takut mengorbankan harta dan
jiwa.
Kedua, menjauhkan sejauh-jauhnya segala
larangan Agama lebih dari segala larangan, dengan mengalahkan kehendak hawa
nafsu yang seringkali mengajak manusia melanggar larangan Agama. Seperti, ingin
mendapat untung dengan menipu, nafsu ingin cepat kaya dengan berjudi, nafsu
malas bekerja dengan mencuri, nafsu ingin terkenal dengan memfitnah dan nafsu
jahat lainnya.
Ketiga, Menjunjung tinggi hukum Agama lebih
dari segala hukum lainnya, dengan mengalahkan pilihan kemauan sendiri, seperti
memilih hukum lain agar dalam suatu perkara mendapat kemenangan atau memuaskan
nafsu untuk mengalahkan lawan. Maka tidaklah sempurna tauhid seseorang kalau
yang tersebuta tadi belum ia laksanakan dengan sebenar-benarnya. Dan hasil dari didikan tauhid itu Allah
akan berikan kepada kita hasil yang baik untuk keselamatan dunia dan akherat.
Amin allahumma amin.
Kotbah ke II :
Isi kotbah ke dua bisa mengambil dari kotbah habib Ali Kwitang pada kotbah No.1 yang berjudul Perlunya Keikhlasan. Atau bisa menggunakan kotbah berbahasa arab yang sering digunakan oleh Para Habaib atau kyai NU.
Perhatian dari saya (penulis blog ini) : Harap jangan mengambil isi kotbah atau bacaan kotbah dari kelompok Salafi Wahabi. Karena selain tidak barokah, juga isinya penuh rekayasa mengadu domba umay Islam.
No comments:
Post a Comment