M.Supriyanto Inspirator |
Bermodal pemahaman Aswaja NU yang mantap dan Zikir Tharekat yang Istiqomah,
NU BEKASI NEWS : Kalau kita mendengar ada Masjid di deberapa daerah di Nusantara yang dulunya di acak-acak oleh paham radikal salafi wahabi, lalu akhirnya diambil alih lagi oleh warga setempat yang berpaham Islam Aswaja Nu, maka semua itu bisa terjadi karena umat islam paham dengan jati dirinya dan makin paham dengan rumah Rohani dan Rumah perjuangan Agama, yaitu NU
“Ideologi Wahabi, satu dua langkah lagi akan menjadi terorisme,” kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam sambutan pelepasan peserta pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ di aula kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (28/11) siang.Ajaran Wahabi menurut Kang Said, memang tidak mengajarkan untuk membunuh orang kafir. Tetapi Wahabi mengajarkan pengikutnya memandang orang di luar kelompoknya sebagai orang musyrik yang halal darahnya.
“Meskipun begitu, ajaran Wahabi membuka peluang bagi penganutnya untuk menjadi teroris. Penganut Wahabi yang sedang marah, lalu kalap, dan berkesempatan, akan mengondisikan dirinya menjadi teroris,” tambah Kiai Said.
Beliau juga mengungkapkan bahwa cikal bakal pemahaman radikalisme dan terorisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Ia pun menceritakan sosok Dzulkhuwaisir yang begitu sombong menyuruh Rasulullah berbuat adil.
Seperti yang diberitakan oleh situs resmi NU Online, bahwa Indonesia adalah lahan penyebaran keberagamaan negara-negara kaya minyak. Di dunia Islam, negara yang gencar menyebarkan adalah Arab Saudi dan Iran. Arab Saudi dengan paham salafi-wahabinya dan Iran dengan syiahnya. Melalui dana miyak yang melimpah, mereka menyebarkan pahamnya ke seluruh dunia. .
Melalui kekuatan Rabitah Alam Islami dan buku-buku gratis yang dibagikan kepada para jamaah haji, arab Saudi menyebarkan pahamnya. Arab Saudi juga aktif memobilisasi dan mendanai gerakan jihad internasional seperti di Afghanistan waktu invasi Sovyet dan perang Bosnia. Iran pun juga sama. Mereka mengekspor Revolusi Islamnya ke seluruh dunia, salah satunya melalui organisasi Jamaah Dakwah.
“Nanti dari umatku akan muncul seperti orang ini, hafal Qur’an, dalilnya Qur’an tapi tidak melewati tenggorokannya, artinya tidak paham secara substansif. Mereka itu sejelek-jelek manusia bahkan lebih jelek daripada binatang. Saya tidak termasuk mereka, mereka tidak termasuk kami,” kata Said Aqil Siradj saat menjadi narasumber Dialog Ormas-ormas Islam Dalam Mempertahankan NKRI, di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013). Prediksi Rasulullah pun terjadi, orang-orang yang berpaham Khawarij membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib.
“Prediksi Rasulullah ini terbukti tahun 40 H, Sayyidina Ali keluar dari rumahnya mengimami shalat Shubuh dibunuh, bukan oleh orang Kristen, bukan oleh orang Katholik, bukan orang Hindu, bukan orang non muslim. Yang membunuh Abdurrahman bin Muljam; Qaimul Lail, Shaimun Nahar, Hafizhul Qur’an. Yang membunuh Sayyidina Ali ini tiap hari puasa, tiap malam tahajjud, dan hafal Qur’an, mereka pura2 jadi orang sholeh tapi berakal bulus". paparnya.
Alasan pembunuhan Ali bin Abi Thalib kata Said Aqil karena Khawarij menuduhnya telah menggunakan hukum manusia hasil musyawarah Daumatul Jandal atas perselisihan antara pihak Ali dan Muawiyah. “Wal hasil, inilah cikal bakal radikalisme, terorisme dalam Islam. Korbannya bukan siapa-siapa, korbannya adalah awwalu man aslama minal sibyan, remaja pertama yang memeluk Islam".
Salafi Wahabi Mengancam Keutuhan NKRI
Ketua PWNU Jawa Timur KH. Mutawakkil Alallah mengatakan, setidaknya ada dua aliran yang saat ini potensial mengacak-acak ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja). Pertama adalah aliran Islam fundamentalis, kedua adalah Salafi Wahabi yang berasal dari Saudi Arabia. “Wahaby, yang dulu pusatnya di Arab, sekarang sudah menjalar ke Indonesia. Ini berbahaya!” kata Kiai Mutawakkil.saat memberikan pengarahan dalam Konferensi Cabang (Konercab) NU Jember di gedung Baladika NU Jember, Ahad pagi (7/6).“Kalau mereka tidak segera dicegah, bukan cuma mengancam Aswaja, tapi mengancam keutuhan NKRI, karena sasaran mereka bukan cuma warga muslim,” urainya.
Salafi Wahabi berusaha menguasai Masjid
Cara Salafi Wahabi menguasai masjid, maula-mula mereka mengontrak di dekat masjid yang menjadi sasarannya. Dengan halus secara sukarela menjadi marbot atau pembersih masjid, lalu menjadi muazin. Pelan-pelan menjadi pengajar pengajian anak-anak, sambil menyebarkan misinya. Lalu dia naik pangkat menjadi imam, kalau tidak ada imam rutin. Bahkan ada yang mengawini anak imam atau anak dari pengurus masjid, dengan target ia akan menjadi penerus dalam kepengurusan masjid.
Selanjutnya dia masuk dalam kepengurusan masjid dan menguasai program2 masjid. "Orang-orang yang sealiran, dimasukan menjadi pengurus masjid dan pengurus lama disingkirkan" kata Ketua Takmir Masjid PBNU Kyai Abdul Manan al Ghani saat dihubungi merdeka.com melalui telephon seluler.
Beliau menambahkan, ada juga yang masuk dengan cara memberi bantuan. Lalu ia berusaha mempengaruhi semua kegiatan di masjid yang menerima bantuan. Penyumbang ini akhirnya akan menjadi pengurus, lantaran pengurus yang lain merasa tidak enak dan merasa berhutang budi karena dia sudah banyak membantu keuangan masjid. Maka akhirnya sudah bisa ditebak, masjid yang tadinya membaca qunut, subuh, zikir tahil, mengadakan peringatan Maulid lambat laun kegiatan seperti ini akan dihilangkan, dengan alasan bid'ah. Menurut Kyai Abdul Manan, yang menyokong penyebaran Salafi Wahabi adalah Kedutaan Arab Saudi di Jakarta, sokongan itu berupa bantuan kauangan yang disalurkan lewat lembaga Al Mulhag ad Dini, " Semua biaya pembangunan, buku-buku dan ustadznya juga mereka seiakan ( bersambng )
Selanjutnya dia masuk dalam kepengurusan masjid dan menguasai program2 masjid. "Orang-orang yang sealiran, dimasukan menjadi pengurus masjid dan pengurus lama disingkirkan" kata Ketua Takmir Masjid PBNU Kyai Abdul Manan al Ghani saat dihubungi merdeka.com melalui telephon seluler.
Beliau menambahkan, ada juga yang masuk dengan cara memberi bantuan. Lalu ia berusaha mempengaruhi semua kegiatan di masjid yang menerima bantuan. Penyumbang ini akhirnya akan menjadi pengurus, lantaran pengurus yang lain merasa tidak enak dan merasa berhutang budi karena dia sudah banyak membantu keuangan masjid. Maka akhirnya sudah bisa ditebak, masjid yang tadinya membaca qunut, subuh, zikir tahil, mengadakan peringatan Maulid lambat laun kegiatan seperti ini akan dihilangkan, dengan alasan bid'ah. Menurut Kyai Abdul Manan, yang menyokong penyebaran Salafi Wahabi adalah Kedutaan Arab Saudi di Jakarta, sokongan itu berupa bantuan kauangan yang disalurkan lewat lembaga Al Mulhag ad Dini, " Semua biaya pembangunan, buku-buku dan ustadznya juga mereka seiakan ( bersambng )
No comments:
Post a Comment