KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Thursday, 29 November 2012

SALAFI WAHABI BERBAHAYA


Dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah karya Hadlratusy Syaikh Romo Hasyim Asy'ari pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama tentang bahayanya wahabi..

halaman 9-10 diterangkan sebagai berikut:

قد كان مسلمو الأقطار الجاوية فى الأزمان السالفة الخالية متفقي الاراء و المذهب , متحدي المأخذ و المشرب , فكلهم فى الفقه على المذهب النفيس مذهب الامام محمد بن ادريس , و فى أصول ...الدين على مذهب الامام أبى الحسن الأشعري , و فى التصوف على طذهب الامام الغزالي و الامام أبى الحسن الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين

Pada masa lalu Umat Islam di Jawa sepakat dalam berpendapat dan bermadzhab dengan satu rujukan dan pegangan, yaitu dalam bidang fiqih mengikuti kepada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, dalam masalah ushuluddin mengikuti kepada madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy'ari, dan dalam bidang tasawuf mengikuti kepada Imam Al-Ghozali dan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili.

قال العلامة الشيخ
ثم انه حدث فى عام ألف و ثلاثمائة و ثلاثين أحزابا متنوعة , و أراء متدافعة , و أقوال متضاربة , و رجال متجاذبة , فمنهم سلفيون فائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين , و التمسك بالكتب المعتبرة المتداولة , و محبة أهل البيت و الأولياء و الصالحين , و التبرك بهم أحياء و أموات , و زيارة القبور , و تلقين الميت , و الصدقة عنه , و اعتقاد الشفاعة و نفع الدعاء و التوسل و غير ذلك

Kemudian pada tahun 1330 H muncul bermacam-macam golongan, pendapat-pendapat yang bertentangan, pikiran-pikiran yang berseberangan , dan para tokohnya saling tarik-menarik (kontroversi). Dari mayoritas para tokoh, ada para ulama salaf yang konsisten terhadap kesalafan-nya, yang mengikuti terhadap madzhab yang telah ditentukan, dan berpegang teguh pada kitab-kitab yang dianggap presentatif (mu'tabaroh) yang biasa beredar (masyhur). Mencintai ahli bait (keluarga Nabi Muhammad SAW), mencintai para wali dan orang-orang yang shaleh, mengambil berkah kepada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, ziarah kubur, men-talqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya syafa'at (pertolongan), manfa'at do'a, wasilah dan lain-lain.

و منهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده و رشيد رضا , و يأخذون من بدعة محمد بن عبد الوهاب النجدي , و أحمد بن تيمية و تلميذه ابن القيم و ابن عبد الهادى , فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه , و هو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه و سلم , و خالفو هم فيما ذكر و غيره , قال ابن تيميه فى فتاويه : و اذا سفر لاعتقاده أنها أي زيارة قبر النبي فلى الله عليه و سلم طاعة , كان ذلك محرما باجماع المسلمين , فصار التحريم من الأمر المقطوع به .

Sebagian lagi ada golongan yang mengikuti kepada pendapat Muhammad Abduh dan Rosyid Ridho.Mereka mengikuti kepada perbuatan bid'ah Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi, Ahmad Ibnu Taimiyah, dan kedua muridnya, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abdil Hadi. Golongan ini mengharamkan apa yang telah disepakati oleh mayoritas umat Islam untuk dilaksanakan sebagai sunnah Nabi, seperti berziarah ke makam Rasulullah. Mereka menolak semua hal yang telah disebutkan di atas dan hal-hal lainnya.

Ibnu Taimiyah dalam kitab "Fatawi"-nya berpendapat: Apabila seseorang melakukan ziarah ke makam Rasulullah, karena yakin bahwa ziarah itu perbuatan taat, ziarah yang dianggapnya menurut Ibnu Taimiyah adalah haram yang telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ziarahnya adalah perbuatan yang haram secara pasti.

قال العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي فى رسالته المسماة تطهير الفؤاد من دنس الاعتقاد : و هذا الفريق قد ابتلي المسلمون بكثير منهم سلفا و خلفا , فكانوا وصمة و ثلمة فى المسلمين و عضوا فاسدا يجب قطعه حتى لا يعدى الباقى ف...هو كالمجذوم يجب الفرار منه , فانهم فريق يلعبون بدينهم , يذمون العلماء سلفا و خلفا , و يقولون : انهم غير معصومين فلا ينبغى تقليدهم , لا فرق فى ذلك بين الأحياء و الأموات , و يطعنون عليهم و يلقون الشبهات , و يذرونها فى عيون بصائر الضعفاء لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء , يقصدون بذلك القاء العداوة و البغضاء , بحلولهم الجو و يسعون فى الأرض فسادا , يقولون على الله الكذب و هم يعلمون , , يزعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف و النهي عن المنكر , حاضون الناس على اتباع الشرع و اجتناب البدع , و الله يشهد انهم لكاذبون , قلت : و لعل وجهه أنهم من أهل البدع و الأهواء , قال القاضى عياض فى الشفاء : و كان معظم فسادهم على الدين , و قد يدخل فى أمور الدنيا بما يلقون بين المسلمين من العداوة الدينية التى تسرى لدنياهم , قال العلامة ملا على القارى فى شرحه : و قد حرم الله تعالى الخمر و الميسر لهذه العلة كما قال تعالى : انما يريد الشيطان أن يوقع بينكم العداوة و البغضاء فى الخمر و الميسر

Menurut Al-'Allamah Syaikh Muhammad Bahit Al-Hanafi Al-Muthi'i dalam kitabnya yang bernama "Tathirul Fu'adi min Danasil I'tiqod"
(Mensucikan Hati Dari Keyakinan Yang Kotor), ia berpendapat: "Bahwa golongan ini merupakan cobaan besar bagi umat Islam yang salaf (tempo dulu) maupun yang kholaf (modern)".
Mereka adalah aib, pemecah belah umat, dan sebagai organ yang rusak yang harus dipotong, sehingga tidak menular ke organ lainnya. Ia bagaikan penyakit kusta yang harus dihindari. Mereka adalah golongan menjadikan agama sebagai permainan.
Mereka mencaci maki ulama salaf dan ulama kholaf, mereka sambil berkata: Mereka semuanya tidak ma'shum (tidak terpelihara dari perbuatan dosa), maka tidak layak untuk mengikutinya dan tidak ada bedanya yang hidup dan yang mati.

Golongan tersebut mendiskreditkan ulama dan menciptakan persoalan-persoalan syubhat, kemudian menyebarkannya secara luas ke masyarakat awam supaya orang awam tidak mengerti terhadap kekuarangan yang ada pada golongan tersebut. Tujuan mereka... adalah menebar permusuhan dan kebencian. Mereka berkeliling di atas muka bumi untuk menciptakan kerusakan. Mereka berkata bohong tentang Allah, padahal mereka tahu tentang hal yang sebenarnya. Mereka berdalih sedang melakukan "amar ma'ruf nahyi munkar" (memerintah kebaikan dan mencegah kemunkaran). Mereka mengajak manusia mengikuti agama yang mereka jalankan dan menjauhkan bid'ah (menurut mereka). Padahal, Allah tahu bahwa mereka adalah para pendusta. Menurut pendapat saya, sangat mungkin mereka adalah para pelaku bid'ah yang selalu mengikuti hawa nafsu mereka.

Imam Qadhi 'Iyadh berkata: Kehancuran terbesar dalam agama sampai urusan dunia adalah karena ulah perbuatan mereka dengan menimbulkan permusuhan antar umat Islam, yang menyebabkan mereka terperangkap dalam masalah urusan dunia.i

Jakarta, NU Online
Konflik antara Sunni dengan Syiah bisa dicegah dengan mengembangkan nilai-nilai tarekat. Ini pas, karena Sunni di Indonesia suka tarekat, yang juga deket dengan Syiah.

Demikian dinyatakan Wakil Rais Syuriyah PCI NU Mesir Ahmad Syaifuddin pada NU Online, melalui yahoo massenger, Selasa sore (28/8).

"Syiah dan Sunni yang sufi itu sama-sama mencintai ahli bait, khususnya Sayidina Ali bin Abi Thalib. Semua sanad tarekat bermuara ke Imam Ali, kecuali Naqsyabandiyah yang juga punya sanad ke Abu Bakar. Bedanya kalau sufi itu ta'dhim (penghormatan), kalau syiah itu taqdis (pengkultusan). Nah, di situ kesamaan kita dengan Syiah," jelasnya.

Dia mencontohkan bahwa Sunni yang sufi dan Syiah bisa saja mengadakan haul Imam Ali, Hasan Husein bersama-sama, dengan catatan pihak Syiah tidak menampakkanghuluw atau melampaui batas.

"Keduanya sama-sama tanazul. Yang beda dari mereka jangan diperlihatkan, yang beda dari kita jangan diperlihatkan," ujar mahasiswa program doktor di Universitas Al-Azhar tersebut.

Dia melanjutkan, konflik Sunni-Syiah tidak bisa diselesaikan dengan debat, bahsul masail, atau munazharah. "Ndak mungkin berhasil itu diskusi," tegasnya.

Syaifuddin berpesan, Syiah di Indonesia jangan seperti Syiah Iran. "Teman-teman Syiah di Indonesia harus melakukan pribumisasi. Kalau di Jawa ya harus njawani, pakai blangkon, pakai bubur abang bubur putih. Kalau di Sumatera yang harus menyesuaikan dengan Sumetera."
Penulis: Hamzah Sahal

GUS MUS AJAK MENELADANI GUSDUR



Gus Dur tidak punya dompet. Kesederhanaan dan keberaniannya pantas diteladani. 

Gus Dur telah wafat 1000 hari lalu. Namun sosoknya masih terus menarik perhatian. Bahkan hingga tahun sesudah ia wafat pada 30 Desember 2009,  masih menarik perhatian banyak orang. Orang masih merindukan kehadiran Gus Dur. Menurut sahabat dekat Gus Dur, KH. Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal Gus Mus, Gus Dur adalah fenomena. Ia pribadi yang lengkap.

"Hanya Gus Dur yang pribadi-pribadi bisa memberi label secara lengkap.  Ada yang sebut cendekiawan, jenius, politisi, negarawan, tokoh plularis, budayawan bahkan ada yang menyebut  waliyullah," kata Gus Mus, saat berbicara di depan ribuan orang yang mengikuti tahlil memperingati 1000 hari wafatnya Gus Dur di Jalan Warung Sila 10, Ciganjur Jakarta, kemarin malam (27/09/2012).

Menurut Gus Mus semua label yang disematkan kepada Gus Dur tidak ada yang salah. "Gus Dur memungkinkan dengan berbagai ciri itu. Orang yang menyebut intelektual karena melihat pemikirannya. Politisi karena dia memikirkan bangsa dan rakyatnya. Tokoh plularis karena orang yang termarginalkan dibela. Sebagai waliyullah karena sebagai orang besar, presiden yang tidak punya dompet," ujar Gus Mus.

Inilah satu pelajaran dari sosok Gus Dur yaitu hidup sederhana. "Hidup sederhana tidak berlebih-lebihan. Bayangkan orang tidak punya dompet itu sudah luar biasa. Sikap hidup berlebihan-leihan sudah sangat belebihan. Untuk membeli bakso saja, Gus Dur minta Alissa (putri tertuanya untuk membayar)," ujar Gus Mus. 

Hal lain yang patut diteladani dari sosok Gus Dur, menutut Gus Mus adalah pengetahuannya yang luas karena ia mau belajar. Hampir semua kiai besar di NU, Gus Dur pernah belajar pada mereka.  Tidak heran, kata Gus Mus, Gus Dur menjadi cerdas. Ia bisa menangkap jalan pikiran orang. Misalnya ingin ketemu seseorang ia mencari tahu siapa, cara bicara, alur bicara. "Makanya walau beliau tidur bisa menanggapi lawan bicara," kata Gus Mus. 

Nilai luhur lain yang perlu diteladani dari sosok Gus Dur adalah kecintaannya pada manusia. "Beliau cuek apakah orang cinta atau benci kepadanya. Dia tidak peduli yang penting dia mencintai manusia sesuai ajaran Islam mencintai manusia," kata Gus Mus. 

Di Indonesia ini, Gus Dur termasuk orang pandai yang berani. "Yang punya pikiran sama dengan Gus Dur itu banyak. Tapi cuma gus dur yang berani karena dia lengkap ilmunya. Menentang aruspun kalau dia merasa benar akan dilakukan," tutur Gus Mus yang juga pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.
 

SELANGKAH LAGI WAHABI JADI TERORIS


Jakarta, NU Online
“Ideologi Wahabi, satu dua langkah lagi akan menjadi terorisme,” kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam sambutan pelepasan peserta pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ di aula kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (28/11) siang.


Ajaran Wahabi menurut Kang Said, memang tidak mengajarkan untuk membunuh orang kafir. Tetapi Wahabi mengajarkan pengikutnya memandang orang di luar kelompoknya sebagai orang musyrik yang halal darahnya.

“Meskipun begitu, ajaran Wahabi membuka peluang bagi penganutnya untuk menjadi teroris. Penganut Wahabi yang sedang marah, lalu kalap, dan berkesempatan, akan mengondisikan dirinya menjadi teroris,” tambah Kiai Said.

Hal ini diutarakan Kang Said di hadapan sedikitnya 20 peserta utusan Lembaga Takmir Masjid NU, LTMNU. Mereka adalah pengurus masjid yang direkrut dari sejumlah wilayah dan cabang NU di Indonesia.
Sambutan pelepasan diadakan untuk menampik kekhawatiran bahwa penyusupan ideologi Wahabi diselundupkan dalam pelatihan tersebut. Karena, sebagian peserta pelatihan sempat mempertanyakan kemungkinan penyusupan.
Meski demikian, Kiai Said sempat menyebut sejumlah yayasan keagamaan yang didanai Pemerintah Arab Saudi. “Sebagian pengurus yayasan itu menjadi pelaku teror di sejumlah titik Indonesia yang ditetapkan oleh Kepolisian RI,” tegasnya.
Pelatihan diselenggarakan Pemerintah Arab Saudi di Hotel Kaisar, Duren Tiga, Kalibata, Jakarta Selatan. Pelatihan manajemen kepengurusan masjid dan persoalan muazin dimulai hari ini hingga beberapa hari ke depan.
Pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ diikuti oleh semua ormas Islam se-Indonesia. Peserta pelatihan berjumlah 120 orang. Dua puluh dari semua peserta, direkrut dari ormas NU melalui LTMNU.

Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan

Tuesday, 27 November 2012

GUSDUR DILECEHKAN, WARGA NU WAJIB JIHAD



Jakarta - Ucapan anggota DPR Sutan Bhatoegana tentang korupsi membuat keluarga almarhum Gus Dur menjadi sedih. Keluarga Gus Dur meminta anggota DPR asal Partai Demokrat itu menarik dan meralat ucapannya.

"Saya minta Pak Sutan untuk tarik pernyataannya. Kalau tidak ditarik itu sebuah fitnah," kata putri almarhum Gus Dur, Yenny Wahid, saat dihubungi detikcom, Selasa (27/11/2012).

Yenny mengatakan keluarganya bersedih karena ucapan Sutan tidaklah sesuai fakta sejarah. Ia juga heran, mengapa seorang sekaliber Sutan tidak mengetahui fakta sejarah dan malah mengaburkannya kepada publik.

"Sedih karena dia anggota DPR kok bisa keliru. Kok, anggota DPR bisa tidak tahu soal sejarah," tutur Yenny.

Terkait aksi GP Ansor yang akan melakukan demo di depan kantor DPP Partai Demokrat, Yenny berharap para simpatisan maupun pecinta Gus Dur bisa menahan emosi.

"Kita minta untuk para pecinta Gus Dur agar menahan diri dan kita ambil sikap dewasa sesuai apa yang diajarkan almarhum Gus Dur," tutup Yenny.

Soal ucapan tentang Gus Dur itu bermula dari diskusi tentang Migas di DPD, Senayan, Jumat (23/11). Dalam diskusi itu Sutan Bhatoegana membuat pernyataan bahwa Gus Dur diberhentikan dari jabatan presiden karena dugaan korupsi di Buloggate dan Bruneigate. Pernyataan inilah yang membuat keluarga Yenni bersedih, demikian juga pendukung Gus Dur dari kaum Nahdliyin. Anak muda NU, termasuk Ansor, bahkan berdemo di kantor Partai Demokrat siang ini. 

Sutan sendiri sudah melakukan klarifikasi ke pihak Gus Dur. "Saya sudah klarifikasi ke keluarga Gus Dur. Dohir Al Farisi, itu kan juga teman saya juga. Dia sudah mengerti dengan apa yang saya jelaskan," kata Bhatoegana saat dihubungi detikcom, Selasa (27/11/2012). Dohir adalah suami putri Gus Dur, Yenny Wahid. Dohir juga duduk di Komisi VII DPR, satu komisi dengan Sutan.

Detiknews

Thursday, 22 November 2012

BEKASI RAWAN TERORIS


"Dengan ini, tim penguji memutuskan Saudara Hendropriyono berhasil memperoleh gelar doktor dengan predikat cumlaude," kata Ketua Tim Penguji, Dr. Mukhtasar. Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. Syafii Maarif, Dr. Mukhtasar, Prof. Dr. Koento Wibisono, Prof. Dr. Syamsul Hadi, dan Prof. R. Soejadi, S.H. Bertindak selaku promotor dan ko-promotor adalah Prof. Dr. Kaelan, M.S., Prof. Dr Lasiyo, M.A., dan Prof. Dr. Djoko Suryo. Dengan gelar yang diraihnya, Hendropriyono menjadi doktor lulusan UGM yang ke-1089 dan yang ke-51 dari Fakultas Filsafat.
Prof. Kaelan dalam penyampaian pesan dan kesan mengatakan bahwa Hendropriyono merupakan mantan pejabat yang dapat menempatkan diri sebagai murid. Ia menyebutkan Hendropriyono merupakan promovenduz yang 'haus ilmu' sehingga tidak heran jika ia tidak pernah absen mengikuti kuliah.
Dalam beberapa hari terakhir sebelum ujian, waktu konsultasi hingga jam dua malam, saya sempat berpesan agar tetap menjaga kesehatan agar tidak terserang flu saat ujian,� katanya.
Dalam proses pengerjaan penelitiannya, kata Kaelan, penulisan disertasi promovenduz sangat mendukung dengan pengangkatan tema terorisme. Pada saat pengerjaan awal penelitian, saat itu terjadi peritiwa bom Bali II. Kemudian, saat terakhir pengerjaan penelitian justru muncul bom Mega Kuningan. �Saya tidak tahu ini pertanda apa,� ujar Kaelan.
Meski demikian, Kaelan berharap agar dengan predikat doktor ini Hendropriyono dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi Negara, khususnya dalam meningkatkan fungsi intelijen negara. Terlebih lagi saat ini Indonesia masih menjadi sasaran empuk teroris, terbukti dengan terjadinya bom Mega Kuningan beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan yang diberikan kepada promovenduz untuk menyampaikan pesan dan kesannya di podium, Hendro mengaku sangat bangga sebagai doktor UGM yang meneliti tentang filsafat Pancasila. Menurutnya, predikat doktor tentang Pancasila pertama kali diserahkan kepada Bung Karno dalam bentuk gelar honoris causa.
�Jika Bung karno sebagai doktor pertama yang diberikan atas pemikirannya tentang Pancasila, maka saya doktor ke-51 yang meneliti tentang Pancasila,� katanya bangga.
Hendropriyono juga mengaku kaget dengan predikat cumlaude yang diraihnya. Sebelumnya, ia hanya berpikir untuk dapat lulus dengan nilai secukupnya. "Saya tidak menyangka mendapat predikat cumlaude. Saya hanya bisa berpikir lulus sesuai passing grade saja sudah cukup. Jadi, ini suatu anugerah," tutur Hendro.
Dalam disertasinya, Hendropriyono menyebutkan bahwa terorisme adalah suatu fenomena sosial yang sulit untuk dimengerti, bahkan oleh para teroris sendiri. Tanpa pendidikan yang memadai pun, sesorang dapat melakukan aksi terorisme yang menggetarkan dunia dan berimplikasi sangat luas. Menurutnya, taktik dan teknik teroris terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas ideologi atau filsafat yang menjadi motifnya.
Selanjutnya disampaikan bahwa terorisme menggunakan cara-cara, ungkapan-ungkapan, dan bahasa sendiri dalam perjuangan mewujudkan tujuannya. Lebih jauh, Hendro menjelaskan bahwa para teroris menggunakan pembenaran epistemologis sendiri dan menafsirkan ideologi-ideologi serta ungkapan kebenaran dengan cara melakukan manipulasi makna.
�Manipulasi ungkapan bahasa kebenaran tersebut kerap kali bersumber dari kaidah-kaidah agama, yang ditafsirkan dan dimanipulasikan dengan ungkapan bahasa. Hal tersebut dijadikan dasar pembenaran bagi segala tindakannya yang revolusioner dan dramatis,� terangnya.
Dari penelitian yang dilakukan selama tiga tahun, Hendro lebih berfokus tentang terorisme yang dikaji dari filsafat analitika bahasa, yakni bahasa terorisme memiliki kemiripan keluarga (family ressemblance), sebagai analogi di dalam satu bentuk tata permainan bahasa yang sama.
�Bahasa yang digunakan dalam terorisme ternyata terbelah atas dua tata permainan bahasa, yaitu mengancam dan berdoa yang dipergunakan dengan sekaligus,� katanya.
Disebutkan Hendro, tata permainan bahasa yang terbelah dalam terorisme menunjukkan bahwa teroris mempunyai kepribadian yang terbelah (split personality). Para pelaku terorisme juga mengalami kegalatan kategori, yakni ketidakmampuan untuk membedakan pengetahuan sehingga mengakibatkan subjek dan objek terorisme menjadi tak terbatas.
�Aktif atau pasifnya kegiatan terorisme yang timbul tenggelam, tergantung kepada kondusif atau tidaknya lingkungan masyarakat yang menjadi habitat hidupnya. Fundamentalis atau aliran keras 'wahabisme' merupakan lingkungan yang paling kondusif bagi terorisme. Aliran tersebut sudah mulai menginfiltrasi sebagian pikiran umat Islam Indonesia,� jelasnya.
Tentang relevansi kajian terorisme dengan ketahanan nasional, Hendro lebih menekankan pada upaya membangkitkan kesadaran akan perlunya usaha revitalisasi filsafat Pancasila, yang mencangkup tataran nilai dasar, nilai instrumen, dan nilai praksis. Khusus pada tataran praksis, diperlukan penyusunan setiap program yang akomodatif terhadap berbagai permasalahan masyarakat.
Hendropriyono adalah seorang pensiunan jenderal yang memiliki nama lengkap Abdullah Mahmud Hendropriyono, lahir di Yogyakarta, 7 Mei 1945. Sejak 1948, ia menetap di Jakarta. Pendidikan umum yang ditempuh berturut-turut SR Muhammadiyah Jakarta, SMA Negeri Jakarta, Sarjana Administrasi Negara STIA LAN RI Jakarta (lulus 1985), Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer, Sarjana Ekonomi dari Universitas Terbuka (lulus 1995), Pascasarjana Administrasi Niaga University of the City of Manila Filipina, dan Pascasarjana Sekolah Tinggi Hukum Militer.
Tampak beberapa undangan yang hadir dalam acara tersebut, Mantan Gubernur DKI, Sutiyoso, Gubernur Gorontalo, Dr. Fadel Muhammad, Ketua DPD RI, Ginandjar Kartasasmita, Ekonom Prof. Dr. Sri Edi Swasono, Politikus Permadi, Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, mantan Komandan Jamaah Islamiah, Nasir Abbas, mantan Ketua DPR RI, Ir. Akbar Tanjung, Pemred TV One, Karni Ilyas, dan Dirut Trans Corporation, Chairul Tanjung. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Wednesday, 21 November 2012

NU KOTA BEKASI PILKADA



Demak, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj meminta kepada jajaran pengurus NU di semua tingkatan agar program kerja organisasi senantiasa bersifat terbuka dan tidak terbatas pada warga NU.

“Program NU harus terbuka, jangan hanya pada intern NU saja, tapi juga umat Islam secara lebih luas, bahkan sekarang harus memperluas jaringan pergaulan dengan non muslim," pinta Kang Said dalam pelantikan Pengurus Cabang (PCNU) di gedung IHM NU Jl.Yudhomenggalan Bintoro Demak, Selasa (20/11).

Kang Said mencontohkan, zaman Rasulullah SAW juga menjalin kerjasama dengan kaum kafir dan musyrikin. Kerjasama pun terjalin dan kondisi keamanan stabil.

"Nabi Muhammad SAW saja ketika mau kembali ke Mekah minta perlindungan orang kafir, dan merekapun mengawal keamanan Nabi," imbuh Kang Sa'id.

Adapun dalam penempatan dan perekrutan pengurus, menurut ketua umum, PBNU menghendaki agar disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan pengurus bersangkutan.


"Syuriyah harus menguasai masa'il diniyyah, sedangkan tanfidziyah dijaman global harus mampu menjalankan organisasi," tegasnya.

Di akhir tausiyahnya Kang Sa'id mengajak kepada warga NU untuk senantiasa menjaga dan ikut melestarikan kelanggengan organisasi yang dibidani para ulama dan kiai ini.

"NU milik kita semua bukan milik perseorangan/kelompok, kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi," pungkasnya.
Acara pelantikan PCNU Demak kemarin juga hadir Bendahara Umum PBNU Bina Suhendra, Bupati Demak, ketua DPRD dan Muspida serta SKPD se-Kabupaten Demak.


 A. Khoirul Anam

Tuesday, 13 November 2012

SALAFI WAHABI IDIOLOGI TERORIS


Mengurai Sejarah dan Pemikiran Wahabiyah.






Pengantar Penterjemah
Akar “Terorisme” Dalam Peribincangan

Telah banyak ruang diskusi dan karya ilmiyah yang berusaha mencari sebab-sebab munculnya terorisme. Sebagian menemukan benang merah terorisme ada pada kemiskinan dan “kebobrokan” moral. Pertanyaannya sampai seberapa jauh pengaruh kemiskinan dan krisis moral dalam menyebabkan munculnya terorisme?. Krisis moral dan kemiskinan terkadang menjadikan orang berbuat kriminal tetapi pada batasan tertentu, tidak menjadikan tindakannya sebagai ideologi yang mengharuskan dia terus melakukan teror karena ada semangat “balasan kebaikan” (pahala) atas perbuatannya

Sesungguhnya yang lebih membahayakan dari terorisme yang terbatas (baca kriminalitas) adalah gerakan teror yang muncul dari individu dan kelompok yang mereka sendiri bukanlah orang yang setiap harinya melakukan kriminal atau pembunuhan akan tetapi mereka berpengang teguh pada sebuah ideologi. Mereka menjadikan ideologi tersebut sebagai dasar dalam melakukan gerakan teror dan menjunjung tinggi “nilai-nilai” yang terdapat pada ideologi tersebut. Terorisme semacam ini akan muncul kapan saja tidak hanya disebabkan karena balas dendam atau counter attack atas perbuatan individu atau kelompok lain.[1]

Sebagian berusaha mencari akar terorisme pada kondisi ekonomi pada negara-negara tingkat tiga yang menurut mereka belum tersentuh oleh peradaban barat yang “menjunjung tinggi” HAM. Tesis ini mengatakan bahwa di antara mereka yang tersangkut masalah-masalah terorisme bukanlah dari kalangan orang kaya atau orang terpelajar yang pernah mengenyam pendidikan barat, karena menurut mereka orang kaya dan terpelajar tidak akan melakukan tindakan picik (teror), apalagi mereka mendapatkan pendidikan HAM di barat.

Inilah yang saya maksudkan dengan ideologi “terorisme” yang diusung oleh individu atau kelompok dengan berkedok agama. Padahal agama Islam mengajarkan kebaikan dan keadilan, dan melarang dari perbuatan munkar dan kejahatan. Karenanya, ketika kita mendengar adanya peristiwa terorisme di beberapa tempat selalu dikaitkan dengan agama Islam. Tuduhan ini pasti ditolak mentah-mentah oleh umat Islam dengan mengatakan bahwa Islam memerangi terorisme. Terkadang tuduhan itu ditujukan kepada sebagian generasi muda Islam yang mempunyai “ghirah Islamiyah” yang tinggi tanpa didasari nilai-nilai ajaran Islam yang benar.

Benar, sedikit tulisan yang mengkupas tentang ideologi “perusak” penyebab perpecahan di antara umat. Ideologi yang berkedok jihad untuk melegitimasi bombing, hijacking dan aksi teror lainnya. Sedikit tulisan yang mengupas masalah ini berdasarkan pendapat para ulama yang mu’tabar untuk memadamkan fitnah mereka.

Tuduhan dan serangan terhadap Islam dari musuh-musuh Islam semakin mengkristal dan bias kepentingan menganggap Islam adalah agama terorisme. Di pihak lain ketika ada usaha untuk mencari akar terorisme dari doktrin-doktrin “radikal” yang ditanamkan kepada generasi muda, muncul reaksi keras dari sebagian umat Islam sendiri dengan berdalih “hilangkan perbedaan ideologi” dan perkokoh “Wahdah al Ummah” dalam menghadapi serangan musuh-musuh Islam”.

Jujur, kita memang menginginkan wahwah al Ummat dan segala cara yang dapat merealisasikannya. Akan tetapi jangan sampai hal ini dijadikan oleh sebagian oknum untuk melindungi terorisme. Sebagian berpendapat bahwa membuka tabir masalah ini akan mengamcam kesatuan umat dan masuk dalam kategori ghibah muharramah serta melemahkan umat Islam itu sendiri. Saya berpendapat sebaliknya, bahwa ketika kita diam tidak melakukan tahdzir (menyebutkan kesalahan) terhadap gerakan separatisme mulai dari kepala sampai ekornya, itulah yang akan mengancam tatanan al Wahdah al Islamiyah. “Berbeda dalam kebenaran lebih baik dari pada bersatu dalam kebathilan”.

Buku yang ada di tangan pembaca tidak membahas tentang terorisme, akan tetapi buku ini mengupas tentang sebuah ideologi yang memuat doktrin merasa “paling benar sendiri”. Siapapun orangnya dan apapun alirannya kalau tidak sepaham dengan mereka maka tergolong kafir, musyrik, sesat, ahli bid’ah, halal darahnya, wajib diperangi dan lain sebagainya. Pasti pembaca dapat menangkap sebuah benang merah kaitan terorisme dengan sebuah ideologi.

Bagian kedua dari buku ini mengupas tuntas tentang kemiripan -kalau tidak mau dikatakan kesamaan- aqidah antara mereka yang mengklaim “Ahlussunnah” atau menamakan dirinya “salafi” dengan berdalih al Qur’an dan hadits serta perkataan “ulama mereka” dengan aqidah Yahudi yang semua tahu kalau mereka di luar Islam. Bahaya laten pasti lebih berbahaya dari yang terang-terangan melawan kita. Musuh dalam selimut jelas lebih susah untuk diketahui dari pada yang mengadakan perlawanan secara frontal. Berarti, kalau ada dua kelompok yang sama aqidahnya, satu terang-terangan melawan Islam sementara yang lain mengatasnamakan Islam, siapakah yang lebih berbahaya?
[1] Ahmad Tamim, Bara’ah al-Habib min Ahli al Irhab wa al Takhrib, (Kiev: - , 2005), hal. 6



Monday, 12 November 2012

IBNU TAI MIYAH, ALBANI & bin BAZ PENDUSTA AGAMA



Apabila Anda bertemu di dunia nyata atau status fb dan bloger orang-orang yang mengaku mengikuti salaf atau bermanhaj salaf, tetapi masih merujuk pada IBNU TAI MIYAH dan Muhamad bin Abdul Wahab, Albani, bin baz, utsaimin pastikan dia atau mereka itu PENDUSTA demi penyebaran ajakannya.


Ibnu Taimiyah, muhammad ibn abdil wahab, albani, bin baz, utsaimin, fauzan, abdul aziz, ajaran mereka bertentangan dengan ulama-ulama salaf, waspada.

Friday, 2 November 2012

JADWAL KAJIAN KITAB KUNING



PCNU Kota Bekasi akan mengadakan pengajian rutin Sabtu pagi.
Pangajian akan diisi dengan kajian Kitab Kuning. 
Pelaksanaan akan dimulai bulan November 2012.

Waktu : 08.30 ~ 11.00
Tempat : Gedung NU Center El Said
Jl. Bambu Kuning No.09 Sepanjang Jaya, Rawa Lumbu, Kota Bekasi

Jadwal Bulan Novemebr 2012 :

3 Nov 2012 : Kitab Bidayatul Mujtahid Wanihayatul Muqtashid
   Pemateri : KH Mir'an Syamsuri (Rois Syuriah PCNU Kota Bekasi)



10 Nov 2012 : Kitab Mabihits Fi Ulumil Qur'an
     Pemateri :  KH  Dr.Zamaksyari Abdul Majid, MA (Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bekasi)

17 Nov 2012 : Kitab Tafsir Jalalain
     Pemateri : KH Drs Acep Basuni M.Pd (Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bekasi)

24 Nov 2012 : Kitab Kifayatul Akhyar
     Pemateri : KH Umar Hadi (Rois Syuriah MWCNU Rawa Lumbu Kota Bekasi)