KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Thursday, 26 November 2015

SRI SULTAN : PEMUDA ANSOR NU, MAMPU MERESPON ZAMAN

Sri Sultan Hamangku Buwono X,
Pada Pembukaan Kongres XV GP ANSOR di Yogyakarta


Sleman, NU Online 
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HamengkuBuwono X menilai Gerakan Pemuda Ansor merupakan organisasi yang merespon persoalan zaman. 
"Pemilhan tema Kongres Ansor tepat momentumnya," tegas Sultan pada pembukaan Kongrs XV organisasi pemuda NU tersebut di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Jalan Kaliurang kilometer, 12,5 Candi, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Kamis (26/11). 
Tema yang dimaksud Sri Sultan adalah "Menjaga Keutuhan Bangsa, Memperkuat Kedaulatan Negara dan Meluhurkan Nilai Kemanusiaan".
"Ketika subtansi Indonesia mengalami ujian hingga gerakan Reformasi seakan berhenti bercerita tentang bangsa. Maka tema kegiatan hari ini tepat. Kita telah ditakdirkan berbeda, keragaman harus menjadi kekuatan kita. Bangsa ini tidak boleh tercabik-cabik," kata Sultan.
Setiap warga negara Indonesia, kata Sultan, bersedia mengidentifikasi diri dengan berbagai unsur.
"Inilah keberagaman. Allah memberi kelimpahan tersebut," papar Sultan pada kegiatan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum GP Ansor Cholid Mawardi, Kordinator Seknas Gusdurian Alissa Wahid dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Monday, 23 November 2015

LOGO NU DICATUT OLEH GERAKAN ANTI SYIAH, KETUANYA DINASEHATI OLEH PENGURUS NU KOTA BOGOR


MusliModerat.Com - 
Acara Pengukuhan dan Pelatihan Pengurus Aliansi Nasional Anti-Syiah (ANNAS) yang akan digelar pada Ahad, 22 November 2015, di Aula KONI Gelanggang Olahraga Kota Bogor menuai masalah. Panitia dalam undangan pengukuhan tersebut mencantumkan logo Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).

Membaca berita tersebut, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat (PWNU-Jabar) H. Kiagus Zaenal Mubarok angkat bicara.


“Saya melihat pada brosur yang beredar di media online itu tercantum logo Nahdlatul Ulama tanpa menyertakan nama daerah tertentu. Ini bisa menjadi masalah karena dengan begitu muncul seakan-akan itu organisasi NU secara nasional. Kedua, PCNU setempat (Kota Bogor-Red) juga tidak mengetahui apalagi terlibat dalam acara tersebut,” ujarnya, lansir KataKini.com, Jumat 20/11/2015.

Tokoh NU Jabar yang biasa dipanggil Kang Deden tersebut berpesan kepada panitia acara, terutama kepada Athian Ali (Ketua ANNAS-Red) agar tidak mengklaim organisasi NU untuk kepentingan gerakannya. Apalagi gerakan itu tidak sejalan dengan PBNU.


Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjajaran itu memberi pandangan, untuk menjadi besar dan mendapat tempat di masyarakat NU dan Muhammadiyah itu tidak sebatas memakai acara gelar deklarasi dan penggalangan seperti acara politik melainkan tumbuh berkembang dari rahim pendidikan, sosial dan kultural.


“Besarnya NU selain karena para aktivisnya, para kiai-kiai itu mendidik masyarakat dari pesantren dan madrasah. Selain itu NU juga lekat dengan kegiatan sosial dan gerakan kultural. Dan lebih penting lagi Pak Kiai Athian Ali harus paham, NU besar karena sikap sabar, bukan karena sikap emosional apalagi memakai tindakan barbar seperti teror dan kekerasan.


Deden menambahkan, Organisasi NU juga tidak besar karena sering publikasi di media apalagi hanya publikasi aliansi dengan deklarasi. Menurutnya, Bangsa Indonesia itu terwujud dan besar bukan karena acara proklamasi 17 agustusnya, melainkan perjuangannya pemimpin dan rakyatnya dalam masa panjang melalui dan yang lebih penting lagi adalah kontribusi kepada bangsa dan negara.


“Itulah mengapa NU tetap menarik masyarakat karena NU dengan Islam-Nusantaranya lebih menekankan pentingnya Islam yang partisipatif ketimbang Islam yang aspiratif. Islam partisipatif itu memberi, sedangkan Islam aspiratif itu meminta atau menuntut. Apakah kita orang Islam itu kerjaannya hanya meminta dan menutut saja tanpa mau memberi?,” terangnya memberikan masukan kepada kelompok yang oleh Kiagus disebut sebagai kelompok Islam skriptual dan simplistis itu.


Kepada kelompok Athian Ali itu Kiagus berharap agar mereka segera melakukan klarifikasi secara terbuka. “Jika tidak, itu berarti memang ada kesengajaan untuk memanfaatkan NU. Dan itu akan menjadi masalah besar… ”pungkasnya.(Viv/Rahmat/KataKini.com/arrahmah.co.id)


Sumber: 
http://www.muslimoderat.com/2015/11/catut-logo-nu-untuk-anti-syiah-athian.html#ixzz3sOD87ecB

Sunday, 22 November 2015

ULAMA NUSANTAR DI HARAMAIN, EMBRIONYA NU




MusliModerat.Com - 
Banyak diantara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah, terutama generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang tua-orang tua kita, sebagian jarang memberitahu apa dan bagaimana sebenarnya Nahdlitul Ulama itu.

 
Karena pengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya NU, bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana asal usul atau awal mulanya Mbah Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU dan mengapa Ahlussunnah wal jamaah harus diberi wadah di Indonesia ini.
 
Dibentuknya NU sebagai wadah Ahlussunnah bukan semata-mata KH Hasyim Asy’ari ingin berinovasi, tapi memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi dloruri, wajib mendirikan sebuah wadah. Kesimpulan bahwa membentuk sebuah wadah Ahlussunnah di Indonesia menjadi satu keharusan, merupakan buah dari pengalaman ulama-ulama Ahlussunnah, terutama pada rentang waktu pada tahun 1200 H sampai 1350 H.
 
Pada kurun itu ulama Indonesia sangat mewarnai, dan perannya dalam menyemarakan kegiatan ilmiyah di Masjidil Haram tidak kecil. Misal diantaranya ada seorang ulama yang sangat terkenal, tidak satupun muridnya yang tidak menjadi ulama terkenal, ulama-ulama yang sangat tabahur fi ilmi Syari’ah, fi thoriqoh wa fi ilmi tasawuf, ilmunya sangat melaut luas dalam syari’ah, thoriqoh dan ilmu tasawuf. Dintaranya dari Sambas, Ahmad bin Abdu Somad Sambas. Murid-murid  beliau banyak yang menjadi ulama-ulama besar seperti Kyai Tholhah Gunung jati Cirebon.
 
Kiai Tholhah ini adalah kakek dari Kiai Syarif Wonopringgo, Pekalongan. Muridnya yang lain, Kiai Syarifudin bin Kiai Zaenal Abidin Bin Kiai Muhammad Tholhah. Beliau diberi umur panjang, usianya seratus tahun lebih. Adik seperguruan beliau diantaranya Kiai Ahmad Kholil Bangkalan. Kiai kholil lahir pada tahun 1227 H. Dan diantaranya murid-murid Syeh Ahmad sambas yaitu Syekh Abdul Qodir Al Bantan, yang menurunkan anak murid, yaitu Syekh Abdul Aziz Cibeber Kiai Asnawi Banten. Ulama lain yang sangat terkenal sebagai ulama ternama di Masjidil Harom adalah  Kiai Nawawi al Bantani.
 
Beliau lahir pada tahun 1230 H dan meninggal pada tahun 1310 H, bertepatan dengan meninggalnya mufti besar Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Ulama Indonesia yang lainnya yang berkiprah di Masjidil Harom adalah Sayid Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi, beliau diberi umur panjang, beliau meninggal pada usia 125. Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya sebelum ada pengesahan dari Sayidi Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi.
 
Syekh Abdul Qadir Al Bantani murid lain Syekh Ahmad bin Abdu Somad Sambas, yang mempunyai murid Kiai Abdul Latif Cibeber dan Kiai Asnawi Banten. Adapun ulama-alama yang lain yang ilmunya luar biasa adalah Sayidi Syekh Ubaidillah Surabaya, beliau melahirkan ulama yang luar biasa yaitu Kiai Ubaidah Giren Tegal, terkenal sebagai Imam Asy’ari-nya Indonesia.
 
Dan melahirkan seorang ulama, auliya besar, Sayidi Syekh Muhammad Ilyas Sukaraja. Guru dari guru saya Sayidi Syekh Muhamad Abdul Malik. Yang mengajak Syekh Muhammad Ilyas muqim di Haromain yang mengajak adalah Kiai Ubaidah tersebut, di Jabal Abil Gubai, di Syekh Sulaiman Zuhdi. Diantaranya murid muridnya lagi di Mekah Sayidi Syekh Abdullah Tegal. Lalu Sayidi Syekh Abdullah Wahab Rohan Medan, Sayid Syekh Abdullah Batangpau, Sayyidi syekh Muhmmad Ilyas Sukaraja, Sayyidi Syekh Abdul Aziz bin Abdu Somad al Bimawi, dan Sayidi Syekh Abdullah dan Sayidi Syekh Abdul Manan, tokoh pendiri Termas sebelum Kiai Mahfudz dan sebelum Kiai Dimyati.
 
Di jaman Sayidi Syekh Ahmad Khatib Sambas ataupun Sayidi Syekh Sulaiman Zuhdi, murid yang terakhir adalah Sayidi Syekh Ahmad Abdul Hadi Giri Kusumo daerah Mranggen. Inilah ulama-ulama indonesia diantara tahun 1200 H sampai tahun 1350. Termasuk Syekh Baqir Zaenal Abidin jogja, Kyai Idris Jamsaren, dan banyak tokoh-tokoh pada waktu itu yang di Haromain. Seharusnya kita bangga dari warga keturunan banagsa kita cukup mewarnai di Haromain, beliau-beliau memegang peranan yang luar biasa. Salah satunya guru saya sendiri Sayyidi Syekh Abdul Malik yang pernah tinggal di Haromain dan mengajar di Masjidil Haram khusus ilmu tafsir dan hadits selama 35 tahun.
 
Beliau adalah  muridnya Syekh Mahfudz Al Turmidzi. Mengapa saya ceritakan yang demikian, kita harus mengenal ulama-ulama kita dahulu yang menjadi mata rantai berdirinya NU, kalau dalam hadits itu betul-betul tahu sanadnya, bukan hanya katanya-katanya saja, jadi kita harus tahu darimana saja ajaran Ahli Sunah Wal Jamaah yang diambil oleh Syekh Hasyim Asy’ari.
 
Bukan sembarang orang tapi yang benar-benar orang-orang tabahur ilmunya, dan mempunyai maqomah, kedudukan yang luar biasa. Namun sayang peran penting ulama-ulama Ahlu Sunah di Haromain pada masa itu (pada saat Syarif Husen berkuasa di Hijaz), khususunya ulama yang dari Indonesia tidak mempunyai wadah. Kemudian hal  itu di pikirkan oleh kiai Hasyim Asy’ari disamping mempunyai latar belakang dan alasan lain yang sangat kuat sekali.
 
Menjelang berdirinya NU beberapa ulama besar kumpul di Masjidil Harom, ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi nara sumber-sumbernya, beliau-beliau menyimpulkan sudah sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlu Sunah Wal Jamaah. Akhirnya  di istiharohi oleh para ulama-ulama Haromain, lalu mengutus Kiai Hasyim Asy’ari untuk pulang ke Indonesia agar menemui dua orang di Indonesia, kalau dua orang ini mengiakan jalan terus kalau tidak, jangan diteruskan. Dua orang tersebut yang pertama Habib Hasyim bin Umar Bin Toha Bin Yahya Pekalongan, yang satunya lagi Mbah kholil Bangkalan.
 
Oleh sebab itu tidak heran jika Mukatamar NU yang ke 5 dilaksanakan di Pekalongan tahun 1930 M. Untuk menghormati  Habib Hasyim yang wafat pada itu. Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Pekalongan sampai dua kali menjadi tuan rumah Muktamar Thoriqoh. Tidak heran karena sudah dari sananya, kok tahu ini semua sumbernya dari mana? Dari seorang yang soleh, Kiai Irfan. Suatu ketika saya duduk-duduk dengan Kiai Irfan, Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi. Kiai Irfan bertanya pada saya “kamu ini siapanya Habib Hasyim?”. Yang menjawab pertanyaan itu Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi; “ini cucunya Habib Hasyim Yai”.
 
Akhirnya saya di beri wasiat, katanya; ‘mumpung saya masih hidup tolong catat sejarah ini. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari datang ke tempatnya Mbah Kiai Yasin, Kiai Sanusi ikut serta pada waktu  itu. Disitu diiringi oleh Kiai Asnawi Kudus, terus diantar datang ke Pekalongan, lalu bersama Kiai Irfan datang ke kediamannya Habib Hasyim. Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk,  Habib Hasyim langsung berkata, ‘Kyai Hasyim Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu kalau mau membentuk wadah  Ahlu Sunah Wal Jamaah. Saya rela tapi tolong saya jangan ditulis’.
 
Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan puas. Kemudin Kiai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil Bangkalan, kemudian Mbah Kyai kholi bilang sama Kyai Hasyim Asyari laksanakan apa niatmu saya ridlo seperti ridlonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong, nama saya jangan ditulis.’ Kata Kiai Hasyim Asy’ari ini bagaimana kyai, kok tidak mau ditulis semua. Terus mbah Kiai Kholil menjawab kalau mau tulis silahkan tapi sedikit saja. Itu tawadluknya Mbah Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.
 
Inilah sedikit perjalanan Nahdlotul Ulama. Inilah perjuangan pendiri Nahdlotul ulama. Para pendirinya merupakan tokoh-tokoh ulama yang luar biasa. Makanya hal-hal  yang demikian itu tolong ditulis, biar anak-anak kita itu tidak terpengaruh oleh yang tidak-tidak, sebab mereka tidak mengetahui sejarah. Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa sih NU itu? Apa sih Ahlu Sunah itu? La ini permasalahan kita. Upaya pengenalan itu yang paling mudah dilakukan dengan memasang foto-foto para pendiri NU, khususnya foto Hadrotu Syekh Kiai Hasyim Asy’ari.  (Disampaikan pada Harlah NU di Kota Pekalongan. Hly.net/ Nzr/Tsi)
 
Sumber : HabibLutfi.net


Sumber: 
http://www.muslimoderat.com/2015/09/ulama-nusantara-di-haramain-adalah.html#ixzz3sIUbevAo