KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Sunday, 22 November 2015

NU DAN TNI, MENGHADANG PAHAM ISLAM RADIKAL


JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM – 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj meminta kepada santri dan TNI bersatu untuk menghadapi paham radikalisme. (Baca juga: Gus Mus: Tak Paham Islam Nusantara Muslim Yang Ikut Gabung ISIS)
Hal itu diungkapkan Kyai Said, saat melepas 1.000 santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia yang akan mengikuti program Pelayaran Santri Bela Negara di Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin. (Baca juga: Abu Janda Al-Boliwudi: Kelompok Radikal Pengkhianat NKRI, Persatuan dan Islam)
Santri dan TNI Bela Negara
“Tunjukkan bahwa santri menyatu dengan TNI. Bersama-sama TNI selalu dalam satu visi dan misi. Nusantara itu sendiri kepanjangan dari NU, Santri dan Tentara. Bersama-bersama membendung radikalisme ISIS,” ujarnya, Sabtu 21 November 2015 kemarin.
Menurut Said, saat ini tercatat ada 22.000 pondok pesantren di Indonesia. Bila santri dan TNI solid maka ancaman apapun dapat diatasi. Apalagi, fenomena jaringan Islam garis keras sudah ada di mana-mana di Indonesia. (Baca juga: Arab Saudi bukan “Negara Islam”, Tapi “Penjual Islam”)
Kyai Said menyebutkan, sedikitnya ada 12 daerah yang menjadi basis gerakan Islam radikal yakni, Lenteng Agung, Jakarta, Sukabumi, Bogor, Garut, Solo, Mataram, Cirebon selatan, Ngawi, Jember dan sebagainya.
“Membela negara hukumnya fardu ain, wajib bagi setiap individu sama seperti menjalankan salat. Mempertahankan NKRI bukan hanya kewajiban TNI, tapi semua warga bangsa,” ujarnya. Mati membela Tanah Air, kata Said, adalah mati sahid sama seperti membela agama.
Hal itu sesuai dengan fatwa dan resolusi jihad yang dikeluarkan  KH Hasyim Asyari. “Barang siapa yang bekerja sama dengan penjajah maka halal darahnya dan boleh dibunuh,” tegasnya.
Saat ini, Indonesia layaknya gadis cantik yang diperebutkan oleh negara-negara besar. Mereka berkeinginan menjajah Indonesia baik melalui dimensi ekonomi, politik, budaya, watak kepribadian bahkan agama.
Karena itu, program Pelayaran Santri Bela Negara sudah sangat tepat dalam menghadapi tantangan tersebut. “Insya Allah, setiap tahun akan ada pelayaran santri bela negara,” ujarnya. Said berharap, setelah mengikuti bela negara seluruh santri dan TNI bersatu membela dan menjaga keutuhan NKRI. (Baca juga: Cari NKRI Mantan Komandan Laskar Jundullah: Tak Jaga NKRI dan Pancasila Silahkan Hengkang dari Indonesia)
Jangan sampai ISIS dibiarkan masuk ke Indonesia. Sebab, ISIS merupakan teroris yang sudah sangat membahayakan. “Demi Allah, apa yang dilakukan ISIS bukan Islam dan bertentangan dengan agama Islam. Sebab, Islam agama yang membawa akhlak, peradaban dan budaya. Islam antikekerasan, radikalisme apalagi terorisme, karena itu kita harus paham ISIS bukan gerakan Islam,” tegasnya.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam sambutannya yang dibacakan Inspektur Panglima Komando Lintas Laut Militer Laksamana Muda TNI Aan Kurnia menjelaskan, kegiatan ini berlangsung mulai 20-26 November di KRI Banda Aceh.
“Mereka akan mengikuti pelatihan dan penanaman rasa cinta Tanah Air, wawasan kebangsaan, wawasan kemaritiman dan pertahanan nasional. Termasuk wawasan kemaritiman, kebhinekaan dan persatuan,” ujarnya. (Baca juga: 18 Kelompok Ekstrimis Islam Pro ISIS yang Wajib Diwaspadai Intellijen Indonesia)
Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan kekayaan alam yang berlimpah, dengan penduduk 250 juta. Kekayaan seperti gas alam yang besar menyebabkan Indonesia menjadi ajang perebutan negara-negara besar di dunia.
“Hal ini karena persediaan energi mereka semakin hari, semakin menyusut. Negara asing berupaya menguasai Indonesia dengan menciptakan perang jenis baru yang disebut perang proxy atau proxy war,” ujarnya.
Menurut dia, perang proxy di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara dan telah masuk ke segala sendi-sendi kehidupan berbangsa. “Apabila Indonesia tidak segera bangkit mengatasi persoalan ini maka akan mengganggu stabilitas nasional bahkan mengancam keutuhan NKRI,” ucapnya.
Karenanya, Pelayaran Santi Bela Negara adalah upaya untuk meningkatkan rasa cinta Tanah Air untuk para santri, pelajar, pemuda, mahasiswa dan komunitas Islam Nusantara. Sekaligus sebagai bagian upaya memperkuat wawasan nusantara, kemaritiman dan perspektif potensi kelautan Indonesia.
“Termasuk perspektif pertahanan negara untuk meningkatkan kemampuan bela negara secara psikis, intelegensia, fisik dan spiritual. Kegiatan pelayaran ini juga sangat strategis dalam pembangunan kualitas SDM,” tegasnya.
Tidak hanya itu, kata dia, kegiatan ini  penting untuk pengembangan jiwa juang, militansi, dan nasionalisme sehingga bisa membentuk pemuda yang berkarakter.  “Dengan mengikuti kegiatan ini, adik-adik santri bisa merasakan langsung bagaimana rasanya berlayar dan melihat langsung aktivitas di kapal perang Indonesia,” paparnya. (ARN)
Sumber: Sindonews

No comments: