KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Friday, 29 May 2015

SALAFI WAHABI KELOMPOK LIAR, TAK PUNYA TANAH AIR, ISLAMNYA DI ATAS ANGIN





Di Masjid Agung Tuban, Sunan Bonang
Kediri, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, dunia Arab yang akhir-akhir ini dirundung konflik antarwarga negara, menjadikan umat Islam tidak bisa berharap banyak pada kemajuan peradaban Islam dari negara-negara Islam di Timur Tengah.

“Mesir masih gonjang-ganjing. Yaman perang saudara, Arab semua, Islam semua, sudah 6 bulan, yang mati sudah 2000 lebih. Apa yang bisa diharapkan dari negara seperti itu. Peradaban, kemajuan kebudayaan apa yang bisa kita harapkan, kemajuan apa untuk Islam, dari Irak, Yaman, Syiria, yang bisa kita harapkan. Tidak ada,” paparnya dalam acara ‘Reuni Akbar Ke V Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal)’ di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur, Selasa (26/5).

Karenanya, menurut pria kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 ini, sudah saatnya umat Islam Indonesia memberikan contoh kepada dunia bahwa Islam di Indonesia yang tidak mempertentangkan antara agama dan nasionalisme, patut dijadikan sebagai kiblat beragama atau teladan dalam kehidupan beragama dan bernegara.

“Sudah saatnya yang menjadi 
qiblatul islam, bukan qiblatus sholah, awas jangan salah paham. Qiblat budaya Islam, kiblat akhlak Islam, Indonesia. Indonesianya, Nahdlatul Ulama,” katanya.

Dalam pandangan kiai yang akrab disapa Kang Said ini, salah satu sebab konflik di Timur Tengah adalah karena tidak adanya rasa nasionalisme terhadap tanah airnya. Mencintai tanah air dengan cara menjaga, merawat, dan mempertahankannya dengan baik, harus diutamakan daripada berdakwah, karena dakwah tidak mungkin dilakukan apabila konflik terus berlangsung.

“Oleh karena itu Mbah Yai Hasyim Asy’ari selalu mengatakan, Islam dan nasionalisme harus saling memperkuat. 
Man laisa lahu ardl, laisa lahu tarikh. Wa man laisa lahu tarikh, laisa lahu dzakiroh. Barang siapa tidak punya tanah air, tidak akan punya sejarah. Sejarah ditulis di tanah air ini. Ada orang pidato, Islam, Islam, Islam. Ini mau berjuang Islamnya di atas angin apa? Di atas tanah air. Oleh karena itu, tanah air dulu kita amankan, kita kuatkan, baru bicara Islam. Bangun masjid, madrasah, pesantren, di atas tanah air. Kalau tanah airnya konflik, perang saudara, kober mboten(sempat tidak)? Nggak sempat,” tegasnya.

Karena kehendak menjadikan Indonesia sebagai kiblat Islam, menjadi harapan bagi kemajuan peradaban, kemajuan akhlak, dan karakter bagi umat Islam di dunia, Muktamar NU yang akan digelar pada 1-5 Agustus mendatang di Jombang Jawa Timur mengambil tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.

“Ada yang tanya, kenapa Islam Nusantara, tidak Islam Ahlussunah wal Jama’ah saja? Maksudnya Islam Nusantara itu ya Ahlussunah wal Jama’ah, Islam yang membawa hidayah  dan 
rohmah, Islam yang menyatu dengan budaya. Langit, wahyu, menyatu dengan kecerdasan manusia, budaya manusia, kreativitas manusia. Tidak bertentangan dengan budaya, tidak menghapus budaya,” jelasnya. (Khoirul Anwar/Mahbib)
 

ULAMA YAMAN SANGAT BERSYUKUR, DI INDONESIA ADA NU


Malang, NU Online
Ulama asal Yaman DR (HC) Syekh Al-Habib Abu Bakar Al-Adni memuji model perjuangan Islam di Indonesia dan utamanya dalam mendidik kedewasaan masyarakat dalam pemahaman agama. Menurutnya, Islam di Indonesia secara umum sudah berada di jalur yang benar.

Ia juga memuji strategi dakwah organisasi semacam Nahdlatul Ulama dalam memperjuangkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia. Baginya, Islam sebagaimana yang berkembang di Indonesia inilah yang sebenarnya dibutuhkan di berbagai belahan dunia ini.

“Saya telah mendengar adanya organisasi Nahdlatul Ulama ini, karena gaungnya telah terdengar ke seantero dunia ini. Dan saya sangat bersyukur bahwa di Indonesia ini ada organisasi semacam NU ini yang senantiasa berkomitmen untuk berjihad mendakwahkan Islam yang moderat,” katanya.

Abu Bakar Al-Adni menyampaikan hal itu pada acara Kuliah Tamu yang diselenggarakan Pascasarjana Pendidikan Islam dan Hukum Islam Universitas Islam Malang (Unisma) pada Rabu (13/5).

Dalam pandangannya, posisi NU yang merdeka dari pengaruh pemerintah sangat strategis. Karena hal itu akan membuatnya lebih mampu dalam mengawal kinerja pemerintah dan mengayomi masyarakat.
Mandiri Pendidikan

Lebih jauh ia juga memuji realitas pendidikan Islam di Indonesia yang mana masyarakat diperkenankan untuk berperan dalam penyelenggaraan pendidikan. Ia mengaku kagum bahwa kenyataan di Indonesia NU telah menyelenggarakan dunia pendidikan yang dikelolanya sendiri. Hal ini, menurutnya, adalah nilai lebih Islam Indonesia dibandingkan dengan Timur tengah.

“Di Timur Tengah tidak ada pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh swasta seperti di Indonesia ini. Semuanya diselenggarakan pemerintah. Sehingga setiap tindakan dan pergerakannya diawasi dan dipengaruhi oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah nilai lebih Indonesia daripada timur tengah.” Katanya di hadapan sekitar 50 peserta kuliah tamu ini.

Abu Bakar Al-Adni menilai, campur tangan bernuansa kepentingan politik pemerintah dalam urusan penddikan berbahaya karena menghilangkan kemerdekaan dalam hal keilmuan. “Seperti mereduksi makna jihad dan sebagainya. Munculnya gerakan-gerakan Islam ekstrem di Timur Tengah di satu sisi, dan Islam liberal di sisi lain adalah dampak dari hal ini,” urainya.

“Demikian juga berbagai pergolakan di berbagai negara di Timur Tengah termasuk negara kami Yaman juga adalah termasuk dampak dari campur tangan pemerintah dalam dunia pendidikan.” tambahnya. 
(Ahmad Nur Kholis/Mahbib)

Wednesday, 27 May 2015

CARA SHOLAT SUNNAH NISFU SYA'BAN


Bripda Amalia Ulfah binti M. Supriyanto
Shalat sunah Nisfu Sya'ban dilaksanakan pada setiap malam 15 Sya'ban. Pada malam ini, ditutuplah "Buku Catatan Perjalanan Hidup" setiap manusia. Dan akan dibuka lembaran buku baru untuk tahun yang akan datang. Kita berharap, akhir dan awal dari lembaran buku catatan hidup kita diisi dengan amal kebaikan. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Shalat sunat Nisfu Sya'ban.

Niatnya : Usholli sunnatan nisfu sya'ban rok'ataini (imaaman/ma'muuman) lillahi ta'alaa. Allaahu akbar (Aku niat shalat sunat nisfu sya'ban 2 rakaat (menjadi imam/makmum) karena Allah Ta'ala. Allahu akbar. 

Banyaknya : 100 rakaat (50 kali salam) lebih baik berjamaah. Bacaannya: Setiap rakaat setelah Fatihah membaca surat al-Ikhlas (Qulhu walloohu ahad) 10 kali 

Waktunya : Setelah shalat sunat ba'diyah Maghrib kemudian dilanjutkan setelah Isya (Fardhu Maghrib, dzikir, ba'diyah Maghrib, Nisfu Sya'ban, (masuk Isya), shalat sunat qobliyah Isya, Fardhu Isya, Ba'diyah Isya, dzikir, lanjutan Nisfu Sya'ban;).

Do'a setelah shalat sunat Nisfu Sya'ban:




Artinya : "Ya Allah! Tuhan yang membangkitkan dan tak ada yang sanggup membangkitkan kecuali Dia, ya Tuhan yang Maha Luhur dan Agung dan yang Maha Pemurah memberi nikmat-nikmat. Tidak ada Tuhan yang lain melainkan Engkau yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan dan melindungi orang-orang serta mengamankan dari sekalian yang dikhawatirkan dan ditakuti.

Ya Allah andai kata telah ditakdirkan di sisi Mu akan daku dalam buku Azaly, bahwa aku celaka dan sedikit rezeki, terusir dan diharamkan akan daku maka hapuskanlah (apa-apa yang tercatat/tertulis dalam buku Azaly itu) dengan kemurahan-Mu. Dan tetapkanlah di sisi-Mu dalam buku Azaly itu (tukarkanlah akan keadaan di azalyku itu) dengan kebahagiaan lagi memperoleh rezeki yang dipergunakan untuk kebaikan, sesungguhnya Engkau berkata dan kata-kata-Mu adalah benar; sebagaimana tercantum di dalam Kitab-Mu yang Engkau turunkan atas lisan Nabi-Mu yang diutus (Muhammad saw.), "Yakni dihapuskan Allah barang yang dikehendakinya (perkataan/pernyataan yang menyimpang) dan ditetapkan-Nya di sisi-Nya di Azaly".

Ya Allah dengan keagunganMu pada malam Nisfu Sya'ban yang mulia / berkat ini, yang memisahkan kepadanya tiap-tiap perkara/keadaan dan urusan yang tepat dan yang dipastikan, hindarkan ya Allah kami dari bala'i/musibah yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkaulah yang lebih mengetahui dengannya, sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Pemurah ". Washallallahu 'alaasayyidina Muhammadin wa alaa aalihii washohbihii wasallam. Walhaldulillahi robbil 'alamiin.

Ziarah ke Suryalaya dan Pamijahan


MAKLUMAT BERKENAAN DENGAN SHOLAT SUNNAH NISFU SYA'BAN
Dari Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya

Kepada :

1. Pengurus Yayasan Serba Bakti PPS
2. Sesepuh Ikhwan TQN PPS
3. Muballigh Muballighoh PPS
4. Ikhwan Tarekat Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PPS



Majelis Talim Al Muqorrobin Rawalumbu Bekasi,
bersama Keluarga Abah Anom Suryalaya

Assalamu'alaikum wr.wb.


1. Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa setiap bulan Sya'ban kita juga melaksanakan Shalat Sunnat Nisfu Sya'ban. Hal tersebut kita laksanakan berdasarkan keterangan dari Hadits Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab al-Ghoniyyah litthoolibi thoriqil haq lisyaikhi 'abdil qoodiiril jailanil hasani (Dari kitab Ghoniyyah bagi orang-orang yang mencari jalan Allah yang haq, karangan Syekh Abdul Qodir Jailani keturunan Hasan bin 'Ali) halaman 192.

Artinya : Pasal ini menerangkan tentang shalat yang berlaku pada malam Nisfu Sya'ban. Adapun shalat yang dilaksanakan pada malam Nisfu Sya'ban adalah 100 rakaat dengan 1000 kali membaca Qul huwalloohu ahad. Pada setiap rakaat setelah membaca Fatihah kemudian membaca Qul Huwalloohu ahad 10 kali. Dan shalat semacam ini disebut sholaatul Khoiir; bermacam-macam keberkahannya. Ulama shalaf yang sholeh selalu berkumpul untuk melaksanakan shalat ini (shalat Nisfu Sya'ban) serta dilaksanakan dengan cara berjamaah.
Di dalam shalat sunat nisfu ini terdapat keutamaan yang banyak dan pahala yang berlipat ganda.

Diriwayatkan dari al-Hasan Rohimahullooh, sesungguhnya ia berkata : telah memberitakan kepadaku 30 orang Sahabat-sahabat Rasulullah Saw. "Sesungguhnya siapa-siapa yang mengerjakan shalat pada malam ini yakni (malam Nisfu Sya'ban), maka Allah memberi kepadanya 70 kali penglihatan dan Allah memberi kepadanya pada setiap penglihatan 70 kebutuhan, pemberian yang paling rendah adalah ampunan Allah Swt.

2. Himbauan khusus kepada para Muballigh PP. Suryalaya. Abah mengharapkan kiranya agar para Muballigh :

a. Tetap menjadi contoh tauladan bagi para kaum Muslimin Muslimat Ikhwan Tarekat Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah baik tingkah lakunya, ucapannya, perbuatannya maupun amaliyahnya.

b. Sebaiknya atau diharuskan untuk menseponsori dalam kebaikan, khususnya dalam amaliyah ubudiyah dan hendaknya selalu tampil menjadi pimpinan/imam begi para Ikhwan untuk melaksanakan shalat berjamaah, dzikir, khotaman dan ibadah-ibadah lainnya.

c. Dikala akan berdakwah ditengah-tengah Ikhwan TQN harus diawali dengan ibadaha berjamaah (shalat, dzikir, khotaman dan lain-lain). Kemudian harus menjadi keyakinan para Muballigh Muballighoh bahwa menyampaikan ilmu itu harus dapat dan harus bisa mengalamkan terlebih dahulu apa-apa yang telah di sampaikan kepada para Ikhwan TQN.Bukankan Allah berfirman di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 44 yang telah sama-sama kita ketahui : Artinya : Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaktian/kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca? Maka tidakkah kamu berfikir?

d. Jangan bertentangan segala ucap laku dengan TANBIH, yang isinya antara lain "Mengikuti perintah agama dan negara". Agar lebih memperbanyak/memperdalam ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum dalam rangka berhasilnya pelaksanaan dakwah islamiah.

Demikian penjelasan mengenai shalat sunnat Nisfu Sya'ban. Mudah-mudahan amal kita semua mendapat ridho dari Allah Swt. Dan mudah-mudahan para Muballigh Muballighoh tambah giat dalam melaksanakan dakwah islamiyah di bumi negara tercinta ini, demi berkembangnya agama Islam umumnya dan Tarekat Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah pada khususnya.

Wa'alloohi tawakkalna wailahil mashiirWassalamu'alaikum wr.wb.
SURYALAYA 1 JUNI 1982 :
PONDOK PESANTREN SURYALAYA,
SESEPUH : KH.A.SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN

(Dokumen no.255 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya, Sumber: suryalaya.org)

Sunday, 24 May 2015

BULAN SYA'BAN: ARAH KIBLAT DIRUBAH, IBADAH DIMONITOR




Dalam riwayat Rosulullah pernah bersabda “Sya’ban itu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini banyak diabaikan oleh umat manusia, padahal dalam bulan ini, amal-amal hamba itu diangkat diterima oleh Allah Swt. Aku ingin amalku diterima oleh Allah di  bulan Sya’ban dalam keadaan aku berpuasa” HR. Baihaqi.

Aisyah RA menuturkan “ Aku tidak pernah melihat Rosulullah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa di luar Ramadhan, kecuali di bulan Sya’ban.” HR. Muttafaq ‘alaih.

Hadits tersebut menunjukan bahwa bulan Syaban merupakan bulan “pemanasan puasa”  atau prakondisi Ramadhan. Puasa, sebagai amalan yang dianjurkan, di bulan Sya’ban, merupakan latihan persiapan yang diharapkan dapat memantapkan kualitas puasa Ramadhan. Jika diibaratkan bercocok tanam, syaban merupakan bulan menyamai benih, mulai merawat pertumbuhan “ tanaman kebaikan”, sedangkan Ramadhan merupakan bulan pemanen. Artinya kita tidak mungkin dapat memanen kebaikan kalau tidak perah menanam dan merawatnya.

Pesan lain yang dapat dipetk adalah, bahwa ibadah bulan Ramadhan akan lebih sempurna dan lebih produktif jika didahului dengan latihan-latihan spiritual ( riyadhah ruhiyah) yang terprogram secara berkelanjutan. Karena ibadah dalam Islam pada umunya menuntut adanya konsistensi ( istiqomah) dan berkelanjutan bukan hanya dilakukan sekali dan langsung sempurna, kecuali ibadah haji.

Keutamaan Sya’ban juga diterangkan ole Nabi Saw. Bahwa pada malam pertengahan itu ( malam nisfu Sya’ban)  Allah SWT turun ke langit dunia untuk “memonitor” semua mahluk, lalu mengampuni hamba-hamba-Nya yang beristighfar, kecuali orang musyrik dan orang yang saling bermusuhan.(H R. Ibnu Majjah). Jadi sebagai persiapan mental spiritual kita perlu bermuhasabah dengan kiamullail (sholat tahajud), bertaubat, berzikir, bermunajat sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Selain itu dibulan Sya’ban juga, Allah menetapa arah kiblat umat Islam dari masjid Aqsa di  Baitul Makdis Palestina, ke Ka’bah di Masjidil Haram, Mekah. Perubahan arah kiblat itu membawa hikmah besar bagi Nabi SAW. Sendiri maupun bagi umat Islam. Yaitu perubahan aqidah “Tauhid Laa ilaaha illallah” dan perlunya persatuan umat.

Pemaknaan Sya’ban sebagai bulan pemantapan iman, persiapan mental spiritual sebelum  Ramadhan dan pemersatu umat menjadi sangat sesuai dengan arti dan konteks sejarah. Menurut dinamai Sya’ban karena orang-orang Arab pada waktu itu banyak berpencar untuk mencari mata air sehingga terpencar dan bercerai-berai. Sedagkan mencari air di padang pasir mempunyai makna berjuang mati-matian untuk mempertahankan hidup dan meraih masa depan yang lebh baik.

Jadi bulan Sya’ban harus dimaknai dan diisi dengan memperbanyak amalan-amalan sunah yang dapat me-refresh spiritualitas dan moralitas kita sehingga saat masuk Ramadhan kita lelah benar-benar siap untuk berpuasa lahir bathin. Maka Nabi SAW. mengajarkan kita agar berdo’a “ Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan antarkanlah kami sampai berpuasa di bulan Ramadhan”.

Wassalam
Sumber : Republika

Tuesday, 19 May 2015

PBNU : QURAN BOLEH DIBACA DENGAN LAGU APAPUN ASAL MENJAGA KAIDAH




Jakarta, 
NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Masudi menyatakan kebolehan melagukan Al-Quran dengan irama adat manapun. Pasalnya, setiap komunitas memiliki langgamnya masing-masing. Hanya saja yang perlu diperhatikan ialah kaidah pelafalan dan respek terhadap ayat-ayat suci itu sendiri.

“Setiap pembaca itu wajib menjaga makhrajnya, panjang, juga pendeknya. Tujuannya agar tidak merusak makna Quran itu sendiri. Kalau soal langgam, Al-Quran terbuka. 
Jawaz (boleh) dengan langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya,” kata Kiai Masdar kepada NU Online di Jakarta, Selasa (19/5) sore.

Menanggapi pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa di Istana Negara pada Jumat (15/5) malam, Kiai Masdar menyatakan rasa syukurnya kalau langgam lokal itu menambah kesyahduan.

“Dan langgam itu berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Kalau 
iya begitu, setiap komunitas boleh membaca Al-Quran dengan langgam yang lazim di kalangan mereka. Bisa langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya,” ujar Kiai Masdar.

Setiap bahasa pun sebenarnya mengandung nilai transendensi. Allah sendiri mengatakan, 
wa allama adamal asma’a kullaha. Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Adam. “Artinya setiap bahasa mengandung nilai ilahiyah.”

Rais Syuriyah PBNU ini mengajak masyarakat tidak perlu membesar-besarkan persoalan ini. Tidak ada larangan membaca Al-Quran dengan langgam apapun selagi menjaga dua kaidah itu, tegas Kiai Masdar. (
Alhafiz K)

Sunday, 17 May 2015

KOTBAH JUMAT No.2 HABIB ALI KWITANG: HASIL PELAJARAN TAUHID




HASIL PELAJARAN TAUHID


Saudara-saudara kaum muslimin.
Dari keterangan Agama, nyatalah bahwa Rosul-rosul Allah yang diutus kepada manusia, adalah untuk memperbaiki atau menyempurnakan kedudukan manusia. Agar kita hidup benar-benar seperti manusia, jangan sampai kita hidup seperti hewan atau seperti syeithan, atau jangan seperti batu atau seperti alat-alat perkakas seperti benda mati.
Maka, untuk sampai kepada tujuan tersebut, kita harus memperbaiki masalah tauhid atau keyakianan kita kepada Allah Swt. Karena tauhid merupakan pokok atau pondasi keimanan yang paling penting atau pondasi Agama yang paling utama.
Dengan kokohnya dan bersihnya tauhid kita kepada Allah Swt. Maka manusia tidak akan menyembah mahluk, atau meminta kepada benda-benda yang tidak dapat menolak bahaya. Ia tidak akan menundukkan jiwanya, tidak akan menyerahkan dirinya dan tidak akan menyembah dengan seluruh jasmani dan rohaninya, melainkan hanya kepada Allah Swt saja. Dan yang selain Allah swt dianggapnya seperti dirinya juga, menjadi mahluk Allah dan sama-sama bergantung kepada Allah yang Maha Kuasa. Bukti rosul-rosul Allah itu membawa tauhid, telah diterangkan dalam Al-Quran : Surat Al-Anbiya : 25

Artinya : “Dan tidaklah kami utus rosul-rosul sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, Sebab itu hendaklah kamu menyembah ku”.

Pertanyaanya..? Apakah hasilnya jika umat sudah bertauhid kepada Allah Swt? Dan sudah benar-benar meng Esakan Tuhan? Maka, hasilnya adalah segala Undang-undang atau peraturan yang telah Allah turunkan dengan nama agama itu, pastilah akan sangat dijunjung tinggi dan akan dilaksanakan dengan taat, patuh dan setia dengan keyakinan yang kuat dan kepercayaan yang bulat, bahwa Agama Allah itu akan membawa kebaikan untuk dirinya dan kemaslahatan untuk umum. Dan jika kita telah melaksanakan aturan atau hukum Allah dan melaksanakan yang diperintahkan dalam Agama, maka kita sudah berada pada jalan yang lurus dalam pimpinan Allah Swt. Yang akan mengantarkan kita pada akhir kesudahan yang sebaik-baiknya. Berarti juga bahwa kita telah berpegang teguh pada tali Agama yang kuat, yang tidak akan putus sampai menghadap Allah Swt di akhir hayat nanti. Sebagaimana yang Allah terangkan dalam Al-Quran : Surat Luqman ayat 22.


Artinya : “Dan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah. Serta ia berbuat baik, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang kuat dan kepada Allah berakhir semua perkara”

Saudara-saudara kaum muslimin.
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui, apakah benar atau tidaknya tauhid seseorang kepada Allah itu, dapat dilihat dari kepatuhan dan ketaatannya dalam menjalankan perintah-perintah Agama yang dianjurkan pada dirinya, atau menjauhkan segala larangan Agama yang telah dicegah pada dirinya. Serta ia tidah menolak hukum-hukum Allah dan rosulnya yang telah dijatuhkan pada dirinya. Bahkan ia tidak akan memilih hukum lain selama hukum Allah dan Rosulnya masih ada dan mampu dijalankan. Maka orang yang menyimpang dari hukum Allah dan Rosulnya dianggap oleh Agama telah tersesat jalan. Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Ahzab : 36


Artinya : “Tidaklah berhak bagi orang-orang mumin laki-laki dan perempuan, apabila Allah dan Rosulnya memutuskan suatu hukum, mereka memilih kemauannya sendir. Dan barangsiapa durhaka, yakni tidak mau tunduk dengan hukum Allah dan Rosulnya, maka sesungguhnya ia telah tersesat dengan satu kesesatan yang nyata.”

Jadi, tanda-tanda orang yang bertauhid kepada Allah SWT ialah orang yang yang menyerahkan diri kepada-Nya dan taat menjalankan perintah Agamanya. Dan menjalankan perintah Agama itu ialah mengerjakan kebaikan-kebaikan yang dianjurkan oleh Agama dan meninggalkan segala larangannya.

Maka hasil dari pendidikan Tauhid itu ialah :
Pertama, mengutamakan perintah Agama dari segala perintah yang lain. Mengalahkan perasaan yang seringkali menghalangi seseorang untuk mengerjakan perintah Agama, seperti tskut akan rugi, membuang-buang waktu, takut hartanya berkurang, takut mengorbankan harta dan jiwa.

Kedua, menjauhkan sejauh-jauhnya segala larangan Agama lebih dari segala larangan, dengan mengalahkan kehendak hawa nafsu yang seringkali mengajak manusia melanggar larangan Agama. Seperti, ingin mendapat untung dengan menipu, nafsu ingin cepat kaya dengan berjudi, nafsu malas bekerja dengan mencuri, nafsu ingin terkenal dengan memfitnah dan nafsu jahat lainnya.

Ketiga, Menjunjung tinggi hukum Agama lebih dari segala hukum lainnya, dengan mengalahkan pilihan kemauan sendiri, seperti memilih hukum lain agar dalam suatu perkara mendapat kemenangan atau memuaskan nafsu untuk mengalahkan lawan. Maka tidaklah sempurna tauhid seseorang kalau yang tersebuta tadi belum ia laksanakan dengan sebenar-benarnya.  Dan hasil dari didikan tauhid itu Allah akan berikan kepada kita hasil yang baik untuk keselamatan dunia dan akherat. Amin allahumma amin.


Kotbah ke II :

Isi kotbah ke dua bisa mengambil dari kotbah habib Ali Kwitang pada kotbah No.1 yang berjudul Perlunya Keikhlasan. Atau bisa menggunakan kotbah berbahasa arab yang sering digunakan oleh Para Habaib atau kyai NU. 

Perhatian dari saya (penulis blog ini) : Harap jangan mengambil isi kotbah atau bacaan kotbah dari kelompok Salafi Wahabi. Karena selain tidak barokah, juga isinya penuh rekayasa mengadu domba umay Islam.

Thursday, 7 May 2015

PANCASILA BERSUMBER DARI QUR'AN

Bripda Amalia Ulfah binti M.Supriyanto


Lima Sila (PANCA SILA) telah disebutkan dengan jelas dalam Naskah alinea ke-4 preamble (Mukadimah) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.,  dimana ia adalah amanat cita-cita mulia dari  para pendiri bangsa dalam membangun  dasar sebuah  nation (negara) besar Ber-Bhinneka Tunggal Ika,  “Berbeda-beda tetapi tetap satu” yang sekarang kita kenal bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi kita sebagai orang Islam, jiwa yang terkandung didalam Lima Sila PANCASILA bukanlah sesuatu yang asing lagi, bukan pula sesuatu yang merugikan apalagi hendak menghapuskan, karena apa yg telah disuarakan Lima Sila PANCASILA  merupakan bagian dari nilai-nilai Universal Islam.  Nilai-nilai PANCASILA itu terkandung di dalam ajaran indah Al-Qur’an.
Sebagai bagian yg cinta kepada negeri,  tulisan seorang ahmadi* berikut ini mencoba menguraikan contohnya.  [] Sinar Islam bulan Sulh 1365 HS/Januari tahun 1986) No.1 – Th LIII
Oleh : Ali Mukhayat M.S.*
Sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa
Surah Al-Ikhlash, surah Asysyuura:11
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Surah Saba': 1
“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Surah Alhasyr: 22 – 24
“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “
Surah Al-Maa-idah: 73
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. ..”
Surah Al-Baqarah: 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Surah Attin: 4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. “
Surah Al-Israa': 70
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Surah Alhujuraat: 11
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. “
Surah Al-Maa-idah: 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Surah Al-Insaan: 8 – 9
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. “
Sila ketiga, Persatuan Indonesia (Kebangsaan)
Surah Alhujuraat:13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “
Surah Alhujuraat: 9
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Surah Alhujuraat: 10
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “
Surah Annisaa': 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. “
Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Surah Asysyuura: 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “
Surah Almujaadilah:11
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
Surah Almujaadilah: 9
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Surah Annahl: 71
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “
Surah Al-Imran:180
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.  Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “
Surah Al-Furqaan: 67
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “
Surah Al-Hadiid: 11
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “
Surah Adz-dzaariyaat: 19
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. “
Surah Al-Maa’uun: 1, 2 & 3
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. “
**Sumber terjemahan Al-Qur’an diambil dari :   Al-Qur’an dan Terjemahnya berbahasa Indonesia terbitan Mujamma’ al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy Syarif al-Madinah al-Munawwarah.

Wednesday, 6 May 2015

KOTBAH JUM'AT HABIB ALI KWITANG : Kotbah No.1 "PERLUNYA KEIKHLASAN"







Saudara-saudara kaum muslimin.                                                                                                                 Pada sisi Allah swt. Yang sangat diutamakan adalah bathin manusia atau isi bathinnya, atau iman dan keyakinan yang terkandung di dalam hatinya. Itulah tempat yang menjadi satu-satnya yang akan dilihat olah allah swt. Tempat yang akan diperhitungkan pada setiap manusia.
Sabda Nabi Muhammad saw.

Artinya : 
Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan badanmu dan wajahmu,  tapi memperhatikan hatimu.

Dari dorongan hati dan sinar atau nur keimanan, maka dapat bergeraklah manusia untuk mengerjakan amal2 kebajikan yang diperintahkan oleh Allah swt.  Semata-mata hanya karena Allah, bukan karena riya atau dilihat atau karena ingin dipuji orang lain. Karena itu maka segala amal sholehnya akan memberi manfaat kepada masyarakat lingkungannya. Dan iapun akan mendapat pahala yang besar dari Allah swt.   Sesuai janji Allah dalam Firman-Nya :


Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka mereka akan dipimpin oleh Tuhan mereka ke Surga, lantaran iman mereka, yang mengalir dekat mereka beberapa sungai di Surga kesenangan “ (Surat Yunus : 9).

Saudara-saudara kaum muslimin.                                                                                                                 Iman dan amal sholeh, adalah yang paling utama menjadi pusat perhatian Allah swt. Terhadap setiap hamba-hambanya. Karena dari sinilah timbul keikhlasan bekerja, berjuang untuk menegakan Agama Allah dan membela kesuciannya.

Maka dalam gelombang kehidupan sekarang ini, yang penuh dengan bermacam-macam ujian dan tantangan serta fitnah yang berhubungan dengan urusan dunia maupun aqidah atau keimanan. Maka benar-benar sangat diperlukan adanya keikhlasan, ketulusan dan kejujuran dari kita kaum muslimin.
Walaupun sedikit jumlah kita tetapi tulus ikhlas dalam bekerja dan berjuang  adalah lebih berguna dari pada banyak jumlahnya tetapi tidak ada keikhlasan.  Sebab orang yang jiwanya tidak ada keikhlasan, berarti jiwanya itu mengandung penyakit yang sangat berbahaya, yaitu penyakit Nifaq atau Munafiq.

Kalau penyakit Nifaq sudah menjangkit ke masyarakat kita, maka orang yang terkena penyakit nifaq itu akan mudah menyeberang ke pihak musuh, karena ia selalu melihat berita-berita dari musuh yang dikiranya kuat. Dan melihat pihaknya sendiri diam yang dia kira lemah karena diam dan tidak berdaya. Sifat-sifat orang munafiq itu telah diterangkan olah Allah swt dalam al Quran : Surat Al Maidah : 56


Artinya : ”Maka engkau akan melihat orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit  Nifaq, pergi dengan segera ke pihak musuh sambil berkata, “Kami takut akan mendapat bahaya dan kesusahan”, Tapi mudah-mudahan Allah mendatangkan kemenangan dan pertolongan dari sisi-Nya, Agar supaya orang yang munafiq itu nantinya akan menyesal akibat apa yang telah mereka sembunyikan dalam diri mereka”.

Saudara-saudara kaum muslimin,                                                                                                             Banyak orang yang mengku beragama islam,  tapi bekerja untuk membantu pihak musuh untuk memadamkan nur ilahi, yaitu agama Allah swt. Tapi janganlah kita khawatir dan bersedih hati apalagi putus asa, Karena mereka yang nifaq itu adalah seperti buih atau busah yang pasti lenyap dengan sendirinya jika ditiup angin. Sesuai firman Allah swt Ar Rad : 17



Artinya : Maka adapun buih atau busa itu akan hilang dengan sia-sia, dan apapun yang dapat memberi manfaat kepada manusia, maka ia akan kekal di bumi.


Saudara-saudara aum muslimi rohima kumullah.                                                                                       Satu perkara lagi yang harus kita kerjakan, yaitu membantu kehidupan saudara-saudara kita yang dhoif, yang lemah dan kurang mampu dikalangan kita kaum muslimin. Sebab mereka sering kali dijadikan umpan atau boneka pihak musuh untuk menghasut dan membuat masalah dikalangan Islam. Maka disinilah perlu adanya keikhlasan dari golongan kita yang kuat-kuat  yang kaya dan yang mampu untuk membantu dengan bukti yang nyata pada golongan kaum muslimin yang lemah. Agar supaya iman mereka kuat sehingga mereka tidak keluar dari jamaah muslimin.
Dan perlu kita ingat barang siapa yang dapat menguasai hati orang –orang yang dhoif dan lemah itu, maka kemenangan sudah berada di tangannya. Sabda Nabi Muhammad saw :
Artinya :  Bukankah kamu diberi kemenangan hanya dengan perantaraan orang-orang yang dhoif diantara kamu, dengan do’a mereka dan keikhlasannya?” Hadits Abu Na’im.
Mudah-mudahan dengan adanya keikhlasan, Allah berikan kemenangan pada kita, dan diselamatkannya dari bahaya penyakit Nifaq atau munafiq. Amin Allahumma amiin.
Angudzubillaa himinasyaithoon nirrojim, Bismillaahirrohmaan nirrohiim. Surat Ad Zumar : 11-12
Artinya : Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan Agama karenanya, dan aku diperintah untuk menjadi orang yang pertama menjadi Muslim.
Barokallohuli walakum.

KOTBAH KE DUA




Maasirol musliin rohima kumullah  
                                                                                                                
Nabi kita meninggal dunia dengan tidak meninggalkan pusaka atau warisan berupa uang dan harta,  sawah ladang, kebun maupun rumah serta benda -benda lain yang dapat diwariskan oleh ahliwaris dan keturunanya.  Jadi, apakah yang ditinggalkan untuk umatnya?  Tidak lain adalah kitab Al Quranul karim dan Haditsnya, sebagaimana dinyatakan dengan tegas dalam sabdanya:                              

Artinya : 
Ake telah wariskan kepadamu dua macam warisan yang kumu tidak akan tersesat selama kamu berpegang dengan kedaua-duanya. Yaitu Alquranul arim dan Sunah atau Hadits Rosulullah saw.                

Saudara-saudara kaum muslimin. Maka  warisan yang begitu besar nilainya, hendaknya kita pelihara dan kita jaga dengan sebaik-baiknya dengan cara menjalankan segala petunjuk-petunjuknya. Alquran dan Hadist itu lebih mahal dan lebih berharga dari yang ada di dunia ini. Bukan dilihat bentunya tapi isinya, Karena barang siapa yang betul-betul mengerjakannya, niscaya tidak akan tersesat selama-lamanya. Maka berpegang teguhlah dengan dua pusaka ini lebih kuat dari kita menggnggam harta benda  kemudian kerjakan perintahnya dengan sebaik-baiknya, Insya Allah kita beruntung didunia maupun ahirat. Yang lebih penting lagi kita pertahankan kedua kitab itu untuk masa sekarang ini, yang banyak sekali godaan-godaan dari shaithan dan bujukan iblis, tipuan-tipaun orang kafir dan rayuan-rayuan orang munafiq. Maka dengan Al Quran dan Haditsnya itu kita akan mengetahui ajakan dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan itu. Dan dapat pula kita menyelamatkan diri dari padanya.

Marilah kita menghargai jasa-jasa Nabi saw. Jasa para sahabat dan pengikutnya yang telah ridho mengorbankan harta benda dan jiwanya agar alquran dan hadits Nabi tersyiar dan terpelihara hingga ketangan kita sekarang ini. Dan nantinya sampai ke anak cucu kita. Karena itu marilah kita kerjakan apa yang telah diperintahan Alah swt untuk kebaikan Nabi kita Muhammad SAW. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt.

Ibadallah .... dst



Di salindari kitab aslinya Wahyu Mimbar


PERMULAAN KALAM / MUQODDIMAH

Bismillahirrohman nirrohim
Sampai suatu hari, saya menyusun kitab ini, sudah sembilan tahun lamanya saya memimpin penerbitan Kotbah Jumat  Lembaga Kajian Masjid, yang tersyiar dan dibacakan dihampir seluruh kepulauan Indonesia. Diantara kotbah-kotbah itu ada yang  Istimror atau tetap, dapat disampaikan untuk setiap keadaan dan tempat. Maka saya pilihlah diantaranya yang terbaik.

Lalu saya susun menjadi sebuah kitab tebal yang saya beri nama Wahyu Mimbar. Ini setelah saya melakukan perbaikan di  beberapa tempat. Sebetulnya isi kutbah-kutbah yang terdapat dalam kitab ini tidak terbatas khusus untuk hari jumat saja dan di masjid saja. Banyak diantaranya yang dapat digunakan untuk pengajian umum, atau untuk ceramah di mushollah/langgar.
Baik juga jika digunakan untuk belajar berpidato asal saja diperhatikan aturan membacanya sebagaimana yang telah saya susun di sebelah ini.

Mudah-mudahan penerbitan kitab ini ada gunanya bagi saudara-saudara yang berkepentingan, kiranya kitab ini  dijadikan oleh Allah sebagai amal sholeh yang kekal manfaatnya dan besar ganjaran pahalanya bagi pengarangnya, yang membacanya, yang menyiarkannya dan pendengarnya sekalian. Amiin yaa Robbal alamin.

Matraman II Jatinegara
4 Zulkaidah 1375 H / 13 Juni 1956

Wassalam