Jakarta, NU Online
Pancasila sangat efektif dalam memerangi aksi radikalisme dan terorisme di Indonesia, kata Rais Syuryiah PBNU KH Masdar Farid Mas'udi.
Masdar mengemukakan hal itu dalam peringatan Tragedi Bom bali yang digelar Lazuardi Birru, Asosiasi Korban Bom Bali dan Istana Dewata di Jimbaran, Senin.
Dalam keterangan tertulisnya, Masdar mengatakan, "Pancasila yang memuat makna-makna keberagaman dan kebersamaan sangat efektif untuk menangani terorisme jika semua pihak mau terus menanamkan paham tersebut kepada generasi muda Indonesia".
Menurut Masdar, sudah menjadi tugas seluruh elemen bangsa ini termasuk ketegasan pemerintah dalam mencegah aksi terorisme dengan terus men-sosialisasikan mengenai makna Pancasila dan tidak hanya cukup peringatan Hari Kesaktian Pancasila saja.
"Sosialisasi yang kuat akan menanamkan paham yang kuat dan itu bisa memerangi doktrin terorisme yang terus mengancam Indonesia. Haram hukumnya jika negara terus melakukan pembiaran terhadap para pendakwah yang mengobarkan kebencian," katanya.
Masdar menilai bahwa Indonesia sejak jaman dahulu terkenal dengan keberagaman dan saling menghargai satu sama lain. "Di Indonesia semua agama ada dan bisa hidup rukun sehingga bangsa ini berdiri," tambahnya.
Sementara itu, mantan Ketua Mantiqi III Nasir Abas menegaskan sejarah berdirinya bangsa Indonesia dilandasi oleh keberagaman dan saling menghargai yang tidak di punyai oleh negara lain.
"Paham Pancasila ini melebihi paham yang dipunyai negara lain. Jika ini diamalkan maka tidak akan terjadi aksi terorisme. Dalam Pancasila juga terkandung makna Islam," ujarnya.
Nasir Abas menjelaskan dalam ajaran Islam tidak dibenarkan melakukan aksi terorisme baik melalui bom bunuh diri atau melalui hal lainnya. "Dalam ajaran Islam bahwa bunuh diri itu haram masuk surga apalagi menyebabkan orang lain meninggal dunia. Oleh karena itu paham tersebut harus dilawan," tambahnya.
Lebih lanjut Nasir Abas menjelaskan perubahan pola perekrutan yang dilakukan para teroris tersebut harus disikapi dengan cepat oleh semua pihak, pemerintah, kepolisian dan pihak sekolah serta orang tua.
Acara peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali tersebut juga di ikuti oleh lebih dari 500 anak-anak remaja SMP dan SMA serta pondok pesantren seluruh Indonesia.
Mereka menyerukan agar seluruh orang tua waspada terhadap tingkah laku anaknya di luar rumah guna mendeteksi gejala radikalisme dan terorisme. Mereka juga mendesak pemerintah, aparat keamanan, ulama, dan sekolah malakukan deteksi dini dan meluruskan pemahaman yang salah terhadap Islam.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
No comments:
Post a Comment