KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Monday 30 July 2012

Thursday 26 July 2012

SLOGAN PAJAK "Orang Bijak Taat pajak"


Kader NU M. Supriyanto Pencipta slogan Pajak


Bersama Mentri Keuangan BJ. Sumarlin 
saat melihat pameran karya iklan Pajak di taman Ismail Marzuki





Setelah terbongkarnya kasus-kasus penyelewengan oleh oknum Pajak, maka berita tentang pajak sampai kini terus menjadi perhatian masyarakat. Bahkan didunia maya,tidak sedikit yang mengomentari slogan yang dikeluarkan oleh Ditjen pajak. Terlepas dari berita tentang penggelapan Pajak yang tentunya akan terus berlanjut, ada satu sisi pertanyaan, Siapakah pencipta slogan Orang Bijak Taat Pajak?

Pencipta slogan pajak, kader NU

Untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, pada tahun 1990 Ditjen pajak yang saat itu dipimpin oleh Bapak Mar’ie Muhammad bekerjasama dengan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia PPPI, menyelenggarakan Sayambara Cipta Iklan Layanan Masyarakat tentang Perpajakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.   
Sekitar 600 karya dari seluruh Indonesia, termasuk dari Rotterdam Belanda, ditampilkan dalam pameran yang di adakan pada tanggal 20 sampai 25 Maret 1990. Ada 400 di antaranya dianggap memenuhi persyaratan untuk dinilai tim juri.
Setelah proses penilaian oleh tim juri maka yang layak menjadi pemenang adalah M. Supriyanto seorang Designer Grafis / Illustrator di sebuah perusahaan Advertising Terbesar di Indonesia. Pada karya iklannya, M. Supriyanto menyajikan visual sebuah timbangan yang berisi topi tikar dan dasi di sebelahnya. “ Maksudnya hasil pajak  seharusnya benar-benar digunakan untuk pembangunan dan mensejahterakan rakyat dengan seadil-adilnya” jawab M. Supriyanto saat menjawab pertanyaan disela-sela acara Maulid bulanan di rumahnya. Dibawah tex iklan tersebut tertulis slogan “ Orang Bijak Taat Pajak “. Slogan inilah yang yang akan menjadi slogan pajak resmi yang hak ciptanya sudah dimiliki oleh Ditjen Pajak. “Saya bersyukur karya saya bermanfaat untuk kepentingan Bangsa”. kata M.Supriyanto.

Keanehan Logo NU

Ketika ditanya komentarnya tentang logo NU, ia menjawab “Sebenarnya dulu saya tidak tau logo NU, saya tertarik dengan gambar lambang NU saat saya ziarah ke Sunan Kalijaga, Demak”. Sebagai orang yang berprofesi di dunia Seni Komunikasi Visual memang sering membuat gambar-gambar logo. “Saya ziarah ke makam-makam Walisongo asalnya ingin menggali karya-karya seni dari sumbernya” ceritanya. 
“Setelah membaca tahlil dan do’a untuk para Wali, saya keliling area makam Sunan Kalijaga dan saya melihat ada logo NU dipajang oleh penjual di area pemakaman itu, lalu saya pandang, saya perhatikan dan saya coba menyelami konsep dan strategi apa yang ada di balik gambar bumi yang diikat dengan tambang dengan dua simpul, yang tidak terikat namun dikendor-kan, dan dikelilingi oleh bintang sembilan”. kata M.Supriyanto yang saat ini memiliki usaha percetakan. “ Logo ini aneh, saya merasa ada energi yang memancar membuat hati saya bergetar, yang paling mengagumkan dengan logo NU adalah karena lambang itu dibuat oleh seorang Ulama bukan oleh seorang designer, namun logo NU sampai saat ini terus eksis dan terkenal ke penjuru dunia. dan hanya NU lah satu-satunya organisasi keagamaan yang di akui dunia sebagai pewaris Nabi.”al-ulama, warosatul anbiya, Ulama adalah pewaris Nabi” katanya meyakinkan.       

Jadi Pengurus NU Rawalumbu

Sejak mengenal lambang NU, M.Supriyanto mulai aktif mengikuti kegiatan-kegiatan NU di kantor PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta-Pusat. dan PCNU Kota Bekasi daerah tempat  sekarang dia tinggal. Sampai akhirnya ia dipercaya untuk menjabat Ketua Tanfidziah Ranting Kel. Bojong Rawalumbu Bekasi.
Untuk memasang Papan Nama NU bukan tidak mengandung resiko, tapi jiwa perjuangan Walisongo-lah yang akan sanggup menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dengan kesabaran dan sikap  melayani umat akhirnya segala ujian dan rintangan akan bisa kita lewatkan. Pada Bulan Juni 2012 lalu ia dipercaya untuk menduduki Katib Syuriyah Ranting Kel. Bojong Rawalumbu Kota Bekasi. 

Wassalam
Penulis : Muhammad Ihsan N. 


Wednesday 25 July 2012

SALAFI WAHABI KETURUNAN ORANG MINDER


Rasa rendah diri ditutupi dengan sikap paling benar sendiri


KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur alm) dengan tegas menyatakan, kaum Wahabi menjadi keras dan merasa benar sendiri, tak lain karena pengaruh kerja samanya dengan Dinasti Saudi. Kaum Wahabi keras, itu karena kerja sama dengan Dinasti Saudi. 

Itu yang penting. Penting sekali. Dinasti Saudi ini mengidap rasa rendah diri. Kenapa? Karena mereka keturunan Musailamah al-Kadzab.
Demikian disampaikan Mantan Ketua PBNU itu pada diskusi buku karya Stephen Sulaiman Schwartz berjudul Dua Wajah Islam: Moderatisme Vs Fundamentalisme dalam Wacana Global, di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas

Paramadina Jl. Gatot Subroto, Kav. 96-97, Mampang Prapatan Jakarta Selatan, Rabu, (31/10/2007) malam. 
Buku ini berjudul asli The Two Faces of Islam: The House of Saíud from Tradition to Terror (2002) yang diterjemahkan dan diterbitkan kembali oleh the WAHID Institute pada September, 2007.

Pada jaman Nabi Muhammad SAW, Musailamah al-Kadzab (Sang Penipu) pernah mengaku menjadi nabi. Dia dulu tinggal di Yalamlam, daerah antara Jedah dan Yaman. Dan, kata Gus Dur, Dinasti Saudi dulu menamai istananya dengan Istana Yalamlam. Ketika Faishal menjadi raja, nama itu diubah menjadi Istana Riyadh. Soal ini kita harus tahu persis sejarahnya, biar kita 
tidak berat sebelah, pinta Gus Dur.

Jadi, sikap rendah diri itu lalu ditutupi dengan sikap seolah paling benar sendiri. Wahabi dijadikan alat untuk menutupi masa lalu Dinasti Saud saja, tegas Gus Dur.
Saya tahu ini dari informasi-informasi yang masuk. Saya bicara apa adanya. Obyektifitas itu penting dan menuntut sikap yang betul-betul mendalam tanpa pikiran macam-macam, imbuhnya.

Pada diskusi buku terbitan the Wahid Institute tahun 2007, ini hadir juga sebagai pembedah intelektual Syiah Jalaluddin Rakhmat dan Dosen Universitas Paramadina Ihsan Ali Fauzi. Ratusan hadirin terlihat memenuhi ruang diskusi.

Mengomentari isi buku, Jalaluddin Rakhmat menyatakan, buku yang sebetulnya hanya menampilkan satu wajah Islam Wahabi, ini akan banyak memukul para dai di negeri ini. Mereka hanyalah loud speaker Wahabi yang digerakkan dengan petro dolar dari Jazirah Arabia,ujarnya. Saudi mungkin kebakaran jenggot dengan buku ini, sambungnya.
Kang Jalal, sapaan akrabnya, lantas menyuguhkan beberapa ciri spesifik gerakan Wahabi. 

Pertama, merasa paling suci dan benar. Dialah yang paling benar dan semua orang sesat. Dialah yang berada di jalan lurus, di atas sunnah, dan semua orang di atas bid'ah. Dialah yang menjalankan tauhid murni dan semua orang
musyrik, tegasnya.

Kedua , anti plularisme. Mereka sangat eksklusif. Merasa bahwa surga hanya milik dia dan
kelompoknya, terangnya. Ketiga , anti tradisi lokal, kecuali tradisi Arab di Padang Pasir. Semua tradisi ditempat yang didatangi tidak disukai, katanya. Dan keempat, anti intelektualisme. Kita harus patuh pada wahyu al-Qur'an dan Sunnah, dengan tambahan, sepertipenafsiran mereka. Karena itu, kita dilarang mengikuti penafsiran yang menyimpang dari penafsiran mereka, ujarnya. 

Jika semua ciri itu terpenuhi dalam diri kita, insya Allah agama kita becomes evil. Dan insya Allah, kita akan menjadi teroris-teroris baru yang menyebarkan ketakutan di sekitar kita,tandasnya. Dan, musuh paling besar dan paling tidak disukai oleh mereka adalah Syiah,imbuh Kang Jalal
disambut tawa. [IM/MT]

Tuesday 17 July 2012

AMALAN BULAN RAMADHAN





NU ONLINE
Tidak terasa bulan Sya’ban telah bergulir hampir separuh perjalanan. Itu artinya waktu semakin mendekati bulan Ramadhan. Sudah maklum bagi kita semua keistimewaan bulan Ramadhan. Hal ini bisa terasakan pada kehidupan di sekitar kita.Tidak hanya harga sembako yang secara perlahan tapi pasti mulai beranjak naik, tetapi juga semangat beribadah semua orang dari anak-anak hingga nenek-nenekpun semakin bertambah. Bahkan masjid dan mushalla mulai berbenah diri untuk menyambut, tarawih, tadarrus dan buka bersama.
Lantas apa semua amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan ini?
Pertama, amalan terpenting itu adalah amalan hati, yaitu niat menyambut bulan Ramadhan dengan lapang hati (ikhlas) dan gembira. Karena hal itu dapat menjauhkan diri dari api nereka.
Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan dengan.
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
Begitu mulianya bulan Ramadhan sehingga untuk menyambutnya saja, Allah telah menggaransi kita selamat dari api neraka. Oleh karena itu wajar jika para ulama salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan".
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena hanya di bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.
Keduaberziarah ke makam orangtua; mengirim doa untuk mereka yang oleh sebagain daerah dikenal dengan istilah kirim dongo poso. Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawassul kepada mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa selama sebulan mendatang. Tawassul dalam berdo’a merupakan anjuran dalam islam. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah35).
Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulallah Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa :
 اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ
Artinya: Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah  Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain.
Ketiga, saling memaafkan. Mengingat bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka tradisi bersucipun menjadi sangat seseuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci secar lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat kembali mushalla, maupun bersuci secara bathin yang biasanya diterjemahkan dengan saling memaafkan antar sesama umat muslim. Terutama keluarga, tetangga dan kawan-kawan. Hal ini sesuai dengan anjuran Islam dalam al-Baqarah ayat 178;
 ...فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
 Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.(QS. 2:178)
Menurut sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad saw. Pernah menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baiknya itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus, bisa dengan meminta halal, atau meminta maaf). Sebab nanti di akherat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal saleh, dari amal salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275, hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430).
Dengan kata lain, jika seseorang ingin bebas dari kesalahan sesama manusia, hendaklah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Begitu pula jika seseorang menginginkan kesucian diri guna menyambut bulan yang suci maka hendaklah saling memafkan.
Redaktur: Ulil Hadrawy

NU BEKASI RAWALUMBU : Hadits Munculnya Kelompok Salafi Wahabi





Re: Hadits tentang munculnya wahabi - 2008/08/06 11:25
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Cahaya Rahmat Nya swt semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
Ketika Rasul saw sedang membagi bagi harta maka datanglah seorang pria yg membelalak kedua matanya, lebat cambangnya, berkepala sulah (gundul), berkata : Takwa kepada Allah wahai Muhamad..!, maka Rasul saw bersabda : "Siapa yg takwa kepada Allah jika aku bermaksiat..?, apakah Allah membuatku mengamankan bumi dg kebangkitanku dan kalian tak menganggapku amanah?.
Maka berkata Khalid bin walid : izinkan aku menebas lehernya wahai Rasulullah.., namun Rasul saw melarangnya, lalu berkata : Sungguh akan keluar dari keturunan orang ini suatu kaum yg mempelajari Alqur'an namun tidak melebihi tenggorokannya (hanya dilidah dan tidak menjiwainya), mereka semakin jauh dari agama sebagaimana menjauhnya panah dari busurnya., mereka memerangi orang islam, dan membiarkan para penyembah berhala, kalau aku menjumpai mereka akan kuperangi sebagaimana diperanginya kaum Aad. (Shahih Bukhari)
terdapat banyak hadits semakna riwayat shahih Bukhari dan shahih Muslim.

Jelas sudah, kaum wahabi mengatakan Rasul saw adalah manusia biasa, mereka tak mau memuliakan Rasul saw, sebagaimana ucapan orang tsb yg menghardik Rasul untuk agar adil, karena ia menganggap Rasul adalah sama dengannya, manusia biasa, tak perlu dimuliakan.

Mereka kaum wahabi memerangi muslimin yg ziarah, tawassul, maulid, tarawih, dll, dan mereka tak pernah memerangi orang hindu atau budha atau yg menyembah berhala.

mengenai Hizbuttahrir dan ikhwanulmuslimin saya tak menemukan rujukan akidah mereka.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam
Habib Munzir majelis Rasulullah

Sunday 15 July 2012

Salafi Wahabi, kumpulan orang Minder dan Rendah diri


Rasa rendah diri ditutupi dengan sikap paling benar sendiri

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur alm) dengan tegas menyatakan, kaum Wahabi menjadi keras dan merasa benar sendiri, tak lain karena pengaruh kerja samanya dengan Dinasti Saudi. Kaum Wahabi keras, itu karena kerja sama dengan Dinasti Saudi. Itu yang penting. Penting sekali. Dinasti Saudi ini mengidap rasa rendah diri. Kenapa? Karena mereka keturunan Musailamah al-Kadzab.
Demikian disampaikan Mantan Ketua PBNU itu pada diskusi buku karya Stephen Sulaiman Schwartz berjudul Dua Wajah Islam: Moderatisme Vs Fundamentalisme dalam Wacana Global, di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas
Paramadina Jl. Gatot Subroto, Kav. 96-97, Mampang Prapatan Jakarta Selatan, Rabu, (31/10/2007) malam. 
Buku ini berjudul asli The Two Faces of Islam: The House of Saíud from Tradition to Terror (2002) yang diterjemahkan dan diterbitkan kembali oleh the WAHID Institute pada September, 2007.
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, Musailamah al-Kadzab (Sang Penipu) pernah mengaku menjadi nabi. Dia dulu tinggal di Yalamlam, daerah antara Jedah dan Yaman. Dan, kata Gus Dur, Dinasti Saudi dulu menamai istananya dengan Istana Yalamlam. Ketika Faishal menjadi raja, nama itu diubah menjadi Istana Riyadh. Soal ini kita harus tahu persis sejarahnya, biar kita tidak berat sebelah, pinta Gus Dur.
Jadi, sikap rendah diri itu lalu ditutupi dengan sikap seolah paling benar sendiri. Wahabi dijadikan alat untuk menutupi masa lalu Dinasti Saud saja, tegas Gus Dur.
Saya tahu ini dari informasi-informasi yang masuk. Saya bicara apa adanya. Obyektifitas itu penting dan
menuntut sikap yang betul-betul mendalam tanpa pikiran macam-macam, imbuhnya.
Pada diskusi buku terbitan the Wahid Institute tahun 2007, ini hadir juga sebagai pembedah intelektual Syiah Jalaluddin Rakhmat dan Dosen Universitas Paramadina Ihsan Ali Fauzi. Ratusan hadirin terlihat memenuhi ruang diskusi.
Mengomentari isi buku, Jalaluddin Rakhmat menyatakan, buku yang sebetulnya hanya menampilkan satu wajah Islam Wahabi, ini akan banyak memukul para dai di negeri ini. Mereka hanyalah loud speaker Wahabi yang digerakkan dengan petro dolar dari Jazirah Arabia,ujarnya. Saudi mungkin kebakaran jenggot dengan buku ini, sambungnya.
Kang Jalal, sapaan akrabnya, lantas menyuguhkan beberapa ciri spesifik gerakan Wahabi. 

Pertama, merasa paling suci dan benar. Dialah yang paling benar dan semua orang sesat. Dialah yang berada di jalan lurus, di atas sunnah, dan semua orang di atas bid'ah. Dialah yang menjalankan tauhid murni dan semua orang
musyrik, tegasnya.

Kedua , anti plularisme. Mereka sangat eksklusif. Merasa bahwa surga hanya milik dia dan
kelompoknya, terangnya. Ketiga , anti tradisi lokal, kecuali tradisi Arab di Padang Pasir. Semua tradisi di
tempat yang didatangi tidak disukai, katanya. Dan keempat, anti intelektualisme. Kita harus patuh pada
wahyu al-Qur'an dan Sunnah, dengan tambahan, seperti
penafsiran mereka. Karena itu, kita dilarang mengikuti penafsiran yang menyimpang dari penafsiran mereka, ujarnya. Jika semua ciri itu terpenuhi dalam diri kita, insya Allah agama kita becomes evil. Dan insya Allah, kita akan menjadi teroris-teroris baru yang menyebarkan ketakutan di sekitar kita,tandasnya.
Dan, musuh paling besar dan paling tidak disukai oleh mereka adalah Syiah,imbuh Kang Jalal
disambut tawa. [IM/MT]

Thursday 12 July 2012

ATLAS WALISONGO, PEGANGAN WAJIB WARGA NU


Pengurus Pusat Lajnah Taílif wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama bekerjasama dengan penerbit Iiman dan Trans Pustaka menerbitkan buku Atlas Wali Songo yang ditulis oleh sejarawan Agus Sunyoto. Buku pertama yang mengungkap Wali Songo sebagai fakta sejarah ini akan diluncurkan Kamis (5/7) siang ini di gedung PBNU, Jakarta.
Ketua PP LTN NU H Sulton Fatoni mengungkapkan, buku Atlas Wali Songo ini merupakan jawaban atas pertanyaan sebagian kalangan yang meragukan kesejarahan Walisongo.
Ada sebagian orang, bahkan kelompok intelektual sekelas profesor yang menganggap Wali Songo ini hanya sekedar mitos, bukan fakta. Maka kita menjawab dengan menerbitkan buku ini, katanya.

Dikatakan, penerbitan Atlas Wali Songo ini merupakan bagian dari perang budaya karena di sisi lain ada upaya-upaya sistematis untuk menghilangkan Wali Songo dari sejarah peradaban umat Islam.
Pak Agus Sunyoto menyayangkan tidak dicantumkannya Wali Songo dalam Ensiklopedi Islam, padahal para penyebar Islam di Indonesia yang datang belakangan dari kalangan Wahabi malah ada dalam ensiklopedi itu,katanya. 

Atlas Wali Songo ini melengkapi koleksi buku-buku yang diterbitkan oleh PP LTN NU. Buku-buku yang diterbitkan pada periode ini antara lain Ahkamul Fuqoha yang merupakan kumpulan hasil-hasil bahtsul masail NU sepanjang masa, Tasawwuf dan Kritik Sosial, Fikih keseharian Gus Mus, Dialog Problematika Umat, Pemikiran KH Hasyim Asyíari, dan Pengantar Aswaja.
Penulis : A. Khoirul Anam

NU RAWALUMBU TA'LIM THAREKAT


Wednesday 11 July 2012

NU BEKASI RAWALUMBU, TA'LIM THAREKAT


PIDATO KH. HASYIM MUZADI HEBOH


Pada tahun 2005 (kalau salah tidak salah), ketika itu saya masih tercatat sebagai salah seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang berada di luar negeri. Kami sebagai warga Indonesia pada tahun itu kedatangan beberapa rombongan tamu dari tanah air, dan salah seorang dari tamu tersebut adalah KH. Hasyim Muzadi. Sebagaimana tamu-tamu lain yang berkunjung ke negara tersebut, baik presiden, anggota DPR, menteri, atlit olahraga, seniman ataupun lainnya, selalu mengadakan pertemuan atau silaturrahim dengan WNI, demikian juga halnya dengan KH. Hasyim Muzadi beserta rombongan. 
Silaturrahim dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya di Aula Budaya Nusantara KBRI. Itulah pertama kali saya bertemu langsung dan bersalaman dengan KH. Hasyim Muzadi, dan keesokan harinya saya dan beberapa rekan menyempatkan diri sarapan pagi bersama beliau di hotel tempat beliau menginap.
Dalam acara silaturrahim tersebut, KH. Hasyim Muzadi memaparkan kondisi bangsa Indonesia pada saat itu. Beliau menilai bahwa euforia reformasi yang terjadi sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia kepada kondisi yang tidak sehat. Beliau mengibaratkan Indonesia pada masa kepemimpinan presiden Soeharto sebagai sebuah rumah yang pengap, panas, tidak nyaman serta tidak sehat. Hal tersebut terjadi karena seluruh jendela, ventilasi, serta pintu-pintu ditutup rapat-rapat sedemikian rupa. Kondisi tersebut membuat penghuninya (masyarakat Indonesia) memberontak sehingga terjadilah reformasi pada Mei 1998. Euforia reformasi menurut beliau ternyata dinikmati secara berlebihan oleh rakyat Indonesia, ibarat rumah yang tadinya tertutup pada zaman Soeharto, maka pada zaman reformasi ini seluruh jendela, ventilasi, pintu-pintu dibuka selebar-lebarnya, bahkan sebagian penghuni yang lain berusaha menghancurkan tembok, atap serta sekat-sekat lainnya. Lalu apa yang terjadi? Rumah tersebut ternyata tidak semakin nyaman, bahkan tidak lebih baik dari pada sebelumnya. Penghuninya mulai tidak sehat karena terlalu banyak angin, debu, nyamuk, yang masuk tanpa ada halangan sedikitpun. Rumah tersebut telah dirusak oleh sebagian penghuninya sendiri menurut beliau. Itu sebagian isi ceramah yang disampaikan oleh KH. Hasyim Muzadi dalam acara tersebut terkait dengan kondisi Indonesia pada saat itu. Ceramah tersebut disampaikan dengan sangat-sangat menarik, runtut, mudah dipahami, dengan bahasa yang sederhana, sesekali diselingi dengan gurauan, serta menampak sisi intelektualitas dan keíulamaaní seorang KH. Hasyim Muzadi.
Hari ini, ketika saya membuka laman facebook, saya mendapat kiriman berupa tautan yang berisi sebuah berita dengan judul ìPidato Hasyim Muzadi yang Menghebohkan Beredar Luasî. Merasa penasaran saya coba mengikuti tautan tersebut, saya baca dan saya pahami isi pidato beliau. Isi pidato tersebut mengingatkan saya kepada apa yang beliau sampaikan 7 tahun yang lalu tentang kondisi Indonesia di hadapan kami WNI di KBRI, yaitu sebuah pidato yang menarik, runtut, mudah dipahami, dengan bahasa yang sederhana, bermutu, serta menampak sisi intelektualitas dan keíulamaaní seorang KH. Hasyim Muzadi. Perbedaannya adalah, ceramah 7 tahun yang lalu disampaikan di hadapan segelintir WNI, sedangkan pidato kali ini ditujukan ke seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi renungan bersama atas kondisi negeri yang tercinta ini.
Menurut saya, isi pidato tersebut menggambarkan sebuah kondisi yang sesungguhnya yang sedang terjadi di Indonesia, terutama menyangkut isu intoleransi, apalagi disampaikan oleh seorang yang memang berkecimpung dalam masalah tersebut. Sebagai presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars), tentu beliau paham betul tentang apa yang sebenarnya terjadi, ditambah lagi pengalaman beliau berinteraksi dengan berbagai masyarakat internasional lainnya. Terkait dengan adanya indikasi laporan dari dalam negeri tentang intoleransi di Indonesia, menurut analisa saya inilah yang beliau maksudkan 7 tahun yang lalu bahwa diantara penghuni rumah (rakyat Indonesia) ada yang berusaha untuk menghancurkan dinding serta atap rumahnya sendiri, sehingga dengan mudah akan masuk ënyamuk-nyamukí asing dengan dalih kebebasan dan HAM.
Hal yang penting menurut saya setelah membaca pidato KH. Hasyim Muzadi adalah, kita sebagai bangsa Indonesia harus berani menentukan sikap, apakah kita akan mengikuti paham humanisme seperti yang dianut Gandhi atau paham Weternisme. Jika kita menganut paham humanisme seperti yang dianut Gandhi, maka kita harus bangga dengan bangsa dan budaya kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dengan ciri-ciri dan karakter yang mungkin tidak selalu sejalan dengan bangsa lain. Namun, jika Westernisme yang kita anut, jadilah kita bangsa pengekor yang tidak memiliki jati diri, karena menganggap benar segala hal yang datang dari orang lain khususnya Barat, walaupun bertentangan dengan budaya dan jati diri sendiri. Kalau hal ini yang menjadi pilihan kita, maka ada baiknya kita ingat kembali wasiat Bung Karno tentang harga diri suatu bangsa yang akan diperoleh dengan tiga faktor, yaitu: 1. Berdikari dalam bidang ekonomi, 2. Berdaulat dalam bidang politik, dan 3. Berkepribadian dalam bidang budaya.
Satu hal yang menggembirakan menurut saya dan merupakan bagian dari pidato KH. Hasyim Muzadi adalah, sampai saat ini Indonesia menurut beliau masih tercatat sebagai negara Muslim yang paling toleran jika dibandingkan dengan negara-negara lain, walaupun terdapat beberapa masalah dalam negeri terkait masalah ini. Selain itu, ternyata pidato beliau juga direspon positif oleh kurang lebih 402 komentator (baru beberapa jam setelah dipublish), bahkan diantaranya komentator menulis “ibarat setitik air di saat musim kemarau”. legaaaa saya membacanya, masih ada orang yg seperti bapak, jernih berpikirî. Walaupun ada yang menanggapinya dengan sinis, bahkan menganggap sebagai sebuah pencitraan menghadapi 2014, menurut saya sebuah penilaian yang berlebihan
Akhirnya, saya berharap akan muncul lebih banyak lagi tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin yang berani mengatakan apa adanya tentang apa yang terjadi di Indonesia untuk kebaikan bangsa ini ke depan, bukan sebaliknya, menjual bangsa ini kepada orang lain sekedar untuk mendapatkan keuntungan materi maupun kedudukan semata, dengan kata lain menjadi komprador asing di negeri sendiri.
Sumber : NU Online


PENGHINA HABAIB WAJIB DI PERANGI



Sehubungan dengan munculnya beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun Facebook di dunia maya tentang akidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang Syiah dan Wahabi. Maka kami redaksi  berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, M.A., saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, akidah, dan mazhab organisasi.
FPI adalah organisasi AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR yang berasaskan ISLAM dan berakidahkan AHLUSUNAH WALJEMAAH serta bermazhab fikih SYAFII. Jadi, FPI bukan SYIAH atau pun WAHABI.
SYIAH
Pandangan FPI terhadap SYIAH sebagai berikut: FPI membagi Syiah dengan semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN: Pertama, Syiah ghulat yaitu Syiah yang menuhankan/menabikan  bin Abi Thalib ra. atau meyakini Alquran sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah rafidah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para sahabat Nabi saw. seperti Abu Bakar ra. dan  ra. atau terhadap para istri Nabi saw. seperti Aisyah ra. dan Hafsah ra. Syiah golongan ini sesat, wajib dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Syiah muítadilah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan ghulat dan tidak bersikap rafidah, mereka hanya mengutamakan Ali ra. di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt. Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syiah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Said Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syekh Ali Jumíah dan lainnya, sebagai salah satu mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syiah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan dakwah dan dialog bukan dimusuhi.
WAHABI
Ada pun pandangan FPI terhadap wahabi sebagai berikut. FPI membagi Wahabi dengan semua sektenya juga menjadi tiga golongan; pertama, Wahabi takfiri yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap mujassim yaitu mensifatkan Allah Swt. dengan sifat-sifat makhluk, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Wahabi golongan ini kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Wahabi khawarij yaitu yang tidak berkeyakinan seperti takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para ahlulbait Nabi saw. seperti Ali ra.,  ra., Al-Hasan ra. dan Al-Husain ra. mau pun itrah/zuriyahnya. Wahabi golongan ini sesat sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Wahabi muítadil yaitu mereka yang tidak berkeyakinan takfiri dan tidak bersikap khawarij, maka mereka termasuk mazhab Islam yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan dakwah dan dialog dalam suasana persaudaraan Islam.
Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan kepada segenap umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan ahlulbait dan sahabat Nabi saw. atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA. 
(redaksi fi.or.id/adie)

Habib Rizik tentang Wahabi


Sehubungan dengan munculnya beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun Facebook di dunia maya tentang akidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang Syiah dan Wahabi. Maka kami redaksi  berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, M.A., saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, akidah, dan mazhab organisasi.
FPI adalah organisasi AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR yang berasaskan ISLAM dan berakidahkan AHLUSUNAH WALJEMAAH serta bermazhab fikih SYAFII. Jadi, FPI bukan SYIAH atau pun WAHABI.
SYIPandangan FPI terhadap SYIAH sebagai berikut: FPI membagi Syiah dengan semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN: Pertama, Syiah ghulat yaitu Syiah yang menuhankan/menabikan  bin Abi Thalib ra. atau meyakini Alquran sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah rafidah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para sahabat Nabi saw. seperti Abu Bakar ra. dan  ra. atau terhadap para istri Nabi saw. seperti Aisyah ra. dan Hafsah ra. Syiah golongan ini sesat, wajib dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Syiah muítadilah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan ghulat dan tidak bersikap rafidah, mereka hanya mengutamakan Ali ra. di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt. Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syiah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Said Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syekh Ali Jumíah dan lainnya, sebagai salah satu mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syiah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan dakwah dan dialog bukan dimusuhi.
WAHABI
Ada pun pandangan FPI terhadap wahabi sebagai berikut. FPI membagi Wahabi dengan semua sektenya juga menjadi tiga golongan; pertama, Wahabi takfiri yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap mujassim yaitu mensifatkan Allah Swt. dengan sifat-sifat makhluk, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Wahabi golongan ini kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Wahabi khawarij yaitu yang tidak berkeyakinan seperti takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para ahlulbait Nabi saw. seperti Ali ra.,  ra., Al-Hasan ra. dan Al-Husain ra. mau pun itrah/zuriyahnya. Wahabi golongan ini sesat sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Wahabi muítadil yaitu mereka yang tidak berkeyakinan takfiri dan tidak bersikap khawarij, maka mereka termasuk mazhab Islam yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan dakwah dan dialog dalam suasana persaudaraan Islam.
Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan kepada segenap umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan ahlulbait dan sahabat Nabi saw. atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA. (redaksi fi.or.id/adie)

WAHABI WAJIB DIPERANGI


Sehubungan dengan munculnya beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun Facebook di dunia maya tentang akidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang Syiah dan Wahabi. Maka kami redaksi  berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, M.A., saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, akidah, dan mazhab organisasi.
FPI adalah organisasi AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR yang berasaskan ISLAM dan berakidahkan AHLUSUNAH WALJEMAAH serta bermazhab fikih SYAFII. Jadi, FPI bukan SYIAH atau pun WAHABI.
SYIAH
Pandangan FPI terhadap SYIAH sebagai berikut: FPI membagi Syiah dengan semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN: Pertama, Syiah ghulat yaitu Syiah yang menuhankan/menabikan  bin Abi Thalib ra. atau meyakini Alquran sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah rafidah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para sahabat Nabi saw. seperti Abu Bakar ra. dan  ra. atau terhadap para istri Nabi saw. seperti Aisyah ra. dan Hafsah ra. Syiah golongan ini sesat, wajib dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Syiah muítadilah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan ghulat dan tidak bersikap rafidah, mereka hanya mengutamakan Ali ra. di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt. Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syiah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Said Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syekh Ali Jumíah dan lainnya, sebagai salah satu mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syiah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan dakwah dan dialog bukan dimusuhi.
WAHABI
Ada pun pandangan FPI terhadap wahabi sebagai berikut. FPI membagi Wahabi dengan semua sektenya juga menjadi tiga golongan; pertama, Wahabi takfiri yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap mujassim yaitu mensifatkan Allah Swt. dengan sifat-sifat makhluk, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Wahabi golongan ini kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Wahabi khawarij yaitu yang tidak berkeyakinan seperti takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para ahlulbait Nabi saw. seperti Ali ra.,  ra., Al-Hasan ra. dan Al-Husain ra. mau pun itrah/zuriyahnya. Wahabi golongan ini sesat sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Wahabi muítadil yaitu mereka yang tidak berkeyakinan takfiri dan tidak bersikap khawarij, maka mereka termasuk mazhab Islam yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan dakwah dan dialog dalam suasana persaudaraan Islam.
Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan kepada segenap umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan ahlulbait dan sahabat Nabi saw. atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA. (redaksi fi.or.id/adie)

WAHABI WAJIB DIPERANGI



Sehubungan dengan munculnya beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun Facebook di dunia maya tentang akidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang Syiah dan Wahabi. Maka kami redaksi  berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, M.A., saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, akidah, dan mazhab organisasi.
FPI adalah organisasi AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR yang berasaskan ISLAM dan berakidahkan AHLUSUNAH WALJEMAAH serta bermazhab fikih SYAFII. Jadi, FPI bukan SYIAH atau pun WAHABI.
SYIAH
Pandangan FPI terhadap SYIAH sebagai berikut: FPI membagi Syiah dengan semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN: Pertama, Syiah ghulat yaitu Syiah yang menuhankan/menabikan  bin Abi Thalib ra. atau meyakini Alquran sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah rafidah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para sahabat Nabi saw. seperti Abu Bakar ra. dan  ra. atau terhadap para istri Nabi saw. seperti Aisyah ra. dan Hafsah ra. Syiah golongan ini sesat, wajib dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Syiah muítadilah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan ghulat dan tidak bersikap rafidah, mereka hanya mengutamakan Ali ra. di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt. Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syiah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Said Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syekh Ali Jumíah dan lainnya, sebagai salah satu mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syiah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan dakwah dan dialog bukan dimusuhi.
WAHABI
Ada pun pandangan FPI terhadap wahabi sebagai berikut. FPI membagi Wahabi dengan semua sektenya juga menjadi tiga golongan; pertama, Wahabi takfiri yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap mujassim yaitu mensifatkan Allah Swt. dengan sifat-sifat makhluk, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Wahabi golongan ini kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Wahabi khawarij yaitu yang tidak berkeyakinan seperti takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para ahlulbait Nabi saw. seperti Ali ra.,  ra., Al-Hasan ra. dan Al-Husain ra. mau pun itrah/zuriyahnya. Wahabi golongan ini sesat sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Wahabi muítadil yaitu mereka yang tidak berkeyakinan takfiri dan tidak bersikap khawarij, maka mereka termasuk mazhab Islam yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan dakwah dan dialog dalam suasana persaudaraan Islam.
Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan kepada segenap umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan ahlulbait dan sahabat Nabi saw. atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA. (redaksi fi.or.id/adie)

FPI BUKAN GARIS KERAS, TAPI GARIS TEGAS


HabibMunzir Al Musawa: saya mencintai habib rizik dan saya sangat menghormatinya, beliau seorang yg bersemangat dan berjiwa baja membela kebenaran.
Saya berpegang pada ucapan guru kita Alhabib Umar bin hafidh bahwa emosi dan kekerasan bukanlah cara untuk memperbaiki ummat.
Namun sekali lagi, bahwa habib riziq adalah habib nomer satu di indonesia yg paling bersemangat menegakkan kebenaran, saya salut atas keberaniannya dan kehebatannya dalam menjalankan dakwahnya, dan kami berteman dan bersaudara akrab, habib riziq tahu betul bahwa diantara kita ada perbedaan, namun beliau memakluminya dan tak memusuhi saya, dan sayapun demikian, kita saling maklum dan sama sama berjuang untuk dakwah Rasul saw. Habib Riziq Shihab bukan musuh kita, beliau sangat baik dan berjuang membela dakwah islamiyah, namun barangkali terlalu berhasrat, dan kita mesti membelanya dari dianiaya atau didholimi dan merangkulnya, karena banyak juga kegiatan fpi yg positif, yaitu berkhidmat di Aceh ketika bencana tsunami, juga berjihad di Poso dll.
Ketika saya tanyakan perihal ini pada Guru Mulia kita, beliau mengatakan bahwa : ìmasing masing muslim punya cara dalam dakwahnya, ada yg dengan kekerasan, namun kita tetap mengikuti salafusshalihin dan bersama guru guru kita, yaitu dengan kelembutanî.
Sebenarnya FPI bukan gerakan garis keras, namun lebih tepat disebut gerakan garis tegas, dan Hb Riziq semakin hari semakin memahami steategi dakwah dg ketegasan yg mana yg patut dilakukan, tergantung sikonnya.
Saya turut serius menangani kasus itu, namun saya tak mau diliput media, saya hanya mengontak gubernur, sekda, staf sus pres, dan kapolda, utk menggagalkan rencana penggusuran, dan mereka menerima, tanpa saya harus terjun ke kancah, ketika sekda DKI menawarkan saya untuk mengumumkan pada media, maka saya menolak, silahkan kyai atau habaib lain saja.
Sebagimana saya katakan diatas, saya sudah jumpa dan banyak bicara dengan habib riziq, kita tidak bermusuhan, cuma beda pemahaman, dan habib riziq sendiri mengatakan didepan jamaahnya ketika bersama saya, beliau berkata : ìhabaib ini beda beda, ada yg keras, ada yg lembut, ada yg diam, ada yg vokal, masing masing dengan tugasnyaî.
Maka permasalahan selesai sampai disitu, habib riziq dengan perjuangannya dan saya dengan perjuangan saya, dan habaib lainnya dg perjuangannya masing masing. kesemuanya satu tujuan dan tidak bermusuhan, habib riziq tidak memaksa saya untuk sejalan dengannnya dan sayapun tak memaksa beliau untuk meninggalkan perjuangannya, kita bersaudara.
Silahkan saja jamaah yg ingin ikut fpi, atau MR, atau ikut kedua duanya, semua terbuka saja tanpa ada ikatan pemaksaan dan permusuhan.
Sumber: Majelis Rasulullah 

FPI GARIS KERAS, TAPI GARIS TEGAS


Habib Munzir Al Musawa: saya mencintai habib rizik dan saya sangat menghormatinya, beliau seorang yg bersemangat dan berjiwa baja membela kebenaran.
Saya berpegang pada ucapan guru kita Alhabib Umar bin hafidh bahwa emosi dan kekerasan bukanlah cara untuk memperbaiki ummat.
Namun sekali lagi, bahwa habib riziq adalah habib nomer satu di indonesia yg paling bersemangat menegakkan kebenaran, saya salut atas keberaniannya dan kehebatannya dalam menjalankan dakwahnya, dan kami berteman dan bersaudara akrab, habib riziq tahu betul bahwa diantara kita ada perbedaan, namun beliau memakluminya dan tak memusuhi saya, dan sayapun demikian, kita saling maklum dan sama sama berjuang untuk dakwah Rasul saw. Habib Riziq Shihab bukan musuh kita, beliau sangat baik dan berjuang membela dakwah islamiyah, namun barangkali terlalu berhasrat, dan kita mesti membelanya dari dianiaya atau didholimi dan merangkulnya, karena banyak juga kegiatan fpi yg positif, yaitu berkhidmat di Aceh ketika bencana tsunami, juga berjihad di Poso dll.
Ketika saya tanyakan perihal ini pada Guru Mulia kita, beliau mengatakan bahwa : ìmasing masing muslim punya cara dalam dakwahnya, ada yg dengan kekerasan, namun kita tetap mengikuti salafusshalihin dan bersama guru guru kita, yaitu dengan kelembutanî.
Sebenarnya FPI bukan gerakan garis keras, namun lebih tepat disebut gerakan garis tegas, dan Hb Riziq semakin hari semakin memahami steategi dakwah dg ketegasan yg mana yg patut dilakukan, tergantung sikonnya.
Saya turut serius menangani kasus itu, namun saya tak mau diliput media, saya hanya mengontak gubernur, sekda, staf sus pres, dan kapolda, utk menggagalkan rencana penggusuran, dan mereka menerima, tanpa saya harus terjun ke kancah, ketika sekda DKI menawarkan saya untuk mengumumkan pada media, maka saya menolak, silahkan kyai atau habaib lain saja.
Sebagimana saya katakan diatas, saya sudah jumpa dan banyak bicara dengan habib riziq, kita tidak bermusuhan, cuma beda pemahaman, dan habib riziq sendiri mengatakan didepan jamaahnya ketika bersama saya, beliau berkata : ìhabaib ini beda beda, ada yg keras, ada yg lembut, ada yg diam, ada yg vokal, masing masing dengan tugasnyaî.
Maka permasalahan selesai sampai disitu, habib riziq dengan perjuangannya dan saya dengan perjuangan saya, dan habaib lainnya dg perjuangannya masing masing. kesemuanya satu tujuan dan tidak bermusuhan, habib riziq tidak memaksa saya untuk sejalan dengannnya dan sayapun tak memaksa beliau untuk meninggalkan perjuangannya, kita bersaudara.
Silahkan saja jamaah yg ingin ikut fpi, atau MR, atau ikut kedua duanya, semua terbuka saja tanpa ada ikatan pemaksaan dan permusuhan.
Sumber: Majelis Rasulullah