KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Thursday 26 March 2015

CARA BERAGAMA DAN BERNEGARA NU, DIPERHITUNGKAN DUNIA

Putriku Bribda Amalia Ulfah, di Museum Polri

Kudus, NU Online
Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang menggabungkan dua ukhuwah yakni Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) dan Wathaniyah (persaudaraan berbangsa dan bernegara). Karena menggabungkan dua hal itu organisasi yang berdiri tahun 1926 itu banyak diperhitungkan dunia Islam.

Demikian dikemukakan KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) kerjasama PC Lakpesdam NU Kudus dan PP Lakpesdam NU yang dilaksanakan di pesantren Raudlatul Muta’allimin Langgar Dalem Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (21/3) lalu.  

Sebab menggabungkan dua hal itulah Indonesia, kata Kiai Said, tidak layaknya di negara Islam macam Afganistan dan Somalia. Meski di kedua negara Islam tersebut mayoritas penduduknya beragama Islam tetapi di sana sering terjadi peperangan. “Virus takfir, saling mengafirkan serta tafjir saling mengebom menjadi menu sehari-hari,” terangnya.

Berbeda dengan di Nusantara, NU merupakan jam’iyah yang tidak arogan dan tidak sombong. Terhadap kelompok minoritas, NU melindungi kelompok kecil seperti kepada umat Hindu, Buddha dan Konghucu. “Berbeda dengan di Amerika, disana malah cenderung diskriminatif terhadap kelompok minoritas,” tegasnya.

"Sehingga tidak salah jika NU lewat PBNU sering disambangi Kedutaan Luar Negeri misalnya Qatar dan Swedia tidak lain untuk ngangsu kaweruh tentang semangat nasionalisme NU,” tambahnya.

Melindungi minoritas lanjut lelaki 61 tahun itu sejalan dengan tasamuh. Toleran dengan non-muslim dan non-aswaja. “Siapapun orangnya atau kelompoknya meski berbeda agama maka ia sedulur dan siapa yang mengajak ‘bermusuhan’, termasuk salafi wahabi, maka ia termasuk musuh kita,” paparnya.

Berbeda dengan di Irak. Di sana sejak 2006-2013 terjadi pertumpahan darah yang telah menelan 700.000 korban. Karena itu, sudah saatnya Indonesia menjadi kiblatul adabil Islam, kiblat peradaban Islam bagi dunia. Sebab Islam Nusantara mensinergikan nash dan akal. 


(Syaiful Mustaqim/Fathoni)

No comments: