Semarang, NU Online
Seburuk apapun diri kita, sebusuk apapun pribadi kita, asalkan mau mendekat dan mencintai Rasulullah, kita harus berharap mendapat syafaat Rasulullah. Dan syafaat Rasulullah bisa kita dapatkan asalkan kita mau membuktikan cinta kita tersebut.
Demikian disampaikan Rais Am Jam'iyyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya saat memberikan pengajian umum Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Kalicari Pedurungan Semarang, Jum'at (15/11) malam lalu.
Mursyid Thoriqoh (pembimbing tarekat) yang merupakan keturunan Rasulullah ini mengatakan, orang yang mencintai akan manut pada yang dicintainya. Cenderung meniru dan ingin seperti sosok yang digandrunginya. Juga rela mengorbankan apa saja demi orang yang dicintainya. Karena itulah dengan cinta pada Nabi Muhammad, orang lantas meneladani perilaku dan akhlak Rasulullah. Jika umat Muhammad meniru Rasulnya, sudah barang tentu akan mendapat syafaatnya di hari qiyamat nanti.
Mengutip sebuah hadis, Habib Luthfi menyebutkan, di akhirat nanti, orang dikumpulkan dengan orang yang dicintainya. Jika orang mencintai Rasulullah, makan akan dikumpulkan dengan Nabinya tersebut. Jika mencintai artis misalnya, maka akan dikumpulkan dengan artis.
"Di akhirat nanti kita akan dikumpulkan dengan siapa yang kita cintai. Maka, sama-sama mencintai, mari kita cintai Rasulullah," wasiatnya.
Masih mengutip sebuah hadis, pemimpin tertinggi kaum sufi yang bernaung di Nahdlatul Ulama ini melanjutkan, bobot keimanan seseorang bisa diukur dari kadar kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta atau Mahabbah dalam bahasa arab, tuturnya, adalah level keimanan tertinggi di bawah Ridho. Artinya, orang yang memiliki cinta pada Nabinya, akan otomatis mencintai tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selanjutnya dia bisa meraih Ridho dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
"Iman kita diukur dari cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika cinta kita luntur, maka iman kita pasti ikut luntur. Kita lalu mudah berbuat maksiyat dan dosa. Demikian sebaliknya," ujarnya.
Ributkan Hari KartiniHabib Luthfi menjelaskan, umat Islam sedunia biasa memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad. Even internasional ini disebut Maulid atau Maulud yang artinya peringatan hari kelahiran. Sedangkan umat Islam di Indonesia, punya Maulid satu lagi yaitu Hari Kartini. Setiap tanggal 21 Apri kaum muslimin dan warga negara Indonesia pada umumnya, biasa memperingati Maulid RA Kartini.
Sosok pahlawan nasional ini, menurutnya, bukan pejuang wanita biasa. Sebab Raden Ajeng Kartini adalah muslimah yang taat, ahli Al-Qur'an dan bahkan sebelum wafatnya telah menghafalkan sebagian juz Al-Qur'an. Gurunya pun tidak orang sembarangan, yaitu ulama paling alim pada masa itu, yaitu Syaikh Muhammad Sholih bin Umar alias KH Sholeh Darat Semarang. Kyai Sholeh pernah menjadi mufti (ketua Mahkamah Agung) Kerajaan Saudi dan pernah menjadi guru utama para ulama di negeri Arab, termasuk pendiri NU KH Hasyim Asy'ari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Ia sampaikan, akhir-akhir ini di Indonesia ada orang yang meributkan Maulid Nabi. Kelompok garis keras sering menuding peringatan Maulid bid'ah dan haram. Menurut Habib Luthfi, jika orang ribut soal Maulid Nabi mestinya meributkan pula peringatan Hari Kartini. Karena sama-sama perungatan Maulid.
"Orang-orang yang ribut soal Maulid Nabi mestinya juga meributkan Hari Kartini. Karena sama-sama memperingati hari kelahiran seseorang. Mestinya semua perayaan ulang tahun kelahiran juga dilarang," kritiknya disambut tepuk tangan hadirin.
Ulama asal Pekalongan ini mengajak hadirin untuk menjadi orang yang baik dan bangsa yang baik. Orang-orang yang suka ribut macam itu, jangan diberi kesempatan. Karena akan mengguncangkan persatuan bangsa dan persaudaraan Islam. Persatuan dan kesatuan harus dijaga, NKRI harus dikawal. Tak akan dia biarkan siapapun memecah belah bangsa Indonesia dan umat Islam pada khususnya.
(Muhammad Ichwan/Mahbib)
No comments:
Post a Comment