KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Thursday 17 September 2015

CARA CEPAT DAN MUDAH MEROBOHKAN SAPI SAAT QURBAN


Cara Merobohkan Pedet (anak sapi)

Badan dibungkukkan diatas punggung pedet 
Kaki pedet ditarik kemudian kaki belakang pedet diikat silang
Melalui selangkangan kaki depan pedet , pengikatan diakhiri pada leher pedet.

Untuk merobohkan pedet cukup dengan menarik kedua kaki kiri pedet dengan kedua belah tangan. Badan dibungkukkan di atas punggung pedet sehingga saat kedua kaki pedet di tarik, lutut akan menekan badan pedet dan pedet tersebut akan jatuh. Setelah pedet jatuh, kaki belakang pedet tersebut diikat silang. Melalui selangkangan kaki depan pedet, pengikatan diakhiri pada leher pedet sedemikian rupa sehingga Pedet tidak dapat bangun.





Cara merobohkan hewan sapi perlu dipelajari terutama bila sapi akan diberi perlakuan khusus misalnya sapi akan disembelih saat Qurban

Cara Merobohkan Sapi dengan Pengikat Tali

Cara merobokan sapi dengan pengikatan tali yaitu pengikatan leher, pengikatan silang dada, dan pengikatan tanduk (bagi sapi yang bertanduk). 
Pada prinsipnya ketiga cara ini sama saja. Perbedaannya hanya terletak pada pengikatan awal. Pengikatan selanjutnya sama, diteruskan dengan pengikatan melingkar dada, pengikatan melingkar pinggul dan penarikan tali kebelakang. Dengan demikian, keseimbangan tubuh sapi akan terganggu, tumpuan berat badannya akan berubah dan akhirnya sapi akan roboh dengan mudah.

Selama melakukan tindakan untuk merobohkan sapi, sebaiknya leher sapi harus terikat. Pada saat akan dirobohkan, tali tersebut harus di pegang dengan erat dan ditahan oleh seorang pembantu atau diikatkan pada tonggak yang cukup kuat dengan tali yang agak panjang. Tujuannya agar sapi tidak ikut serta melangkah ke belakang atau bergerak ke kiri dan ke kanan ketika di lakukan penarikkan tali untuk merobohkan sapi .

Pada metode pengikatan leher, mula-mula tali diikatkan pada leher sapi yang akan dirobohkan kemudian tali ditarik dan diikatkan melingkar dada pada sapi. Selanjutnya, tali ditarik lagi tepat dan sejajar dengan tulang punggung dan diikatkan kembali melingkar pinggul sapi tersebut. Setelah itu, tali diperiksa kembali agar pengikatannya benar-benar ketat dan tidak bergeser jauh dari tulang punggung. Apabila pengikatan telah benar-benar ketat, barulah ditarik dengan kuat dan lurus ke belakang sehingga sapi akan roboh ke samping.
Pada metode pngikatan silang dada dan pengikatan tanduk, pengikatan awal dilakukan pada silang dada atau pada tanduk. Langkah-langkah selanjutnya sama seperti pada metode pertama.








Cara Merobohkan Sapi Tanpa Pengikatan Tali

Metode lainnya untuk merobohkan sapi dewasa telah diperkenalan oleh 
Dr. D.R. Burley dari Georgia . Caranya dengan menggunakan tali tanpa pengikatan, melainkan disilangkan melalui ketiak kedua kaki depan sapi, seterusnya disilangkan kembali ke atas pundak sapi kemudian ditarik melalui ketiak kedua kaki depan sapi, seterusnya disilangkan kembali keatas punggung sapi, dan terakhir ditarik melalui selangkangan kedua kaki belakang. Setelah itu, kedua ujung tali disatukan dan serentak ditarik lurus ke belakang. Melalui metode ini, sapi biasanya akan jatuh terlengkup. Dengan menggunakan cara ini di peroleh beberapa keuntungan, yaitu

- Tidak memerlukan pengikatan awal sehingga dapat menghemat waktu
- Tidak akan terdapat gangguan terhadap anggota tubuh peka yaitu bagian
   thoraks serta gangguan terhadap aksi jantung dan paru-paru
- Tidak membahayakan alat kelamin atau pembuluh darah ambing. 

Sumber : farisnh.blogspot.com

Tuesday 1 September 2015

CARA SYAH BERQURBAN




Qurban dalam terminologi fiqih sering disebut denganudhhiyyah, yaitu menyembelih hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt yang boleh dilaksanakan mulai dari terbitnya matahari pada hari raya idul adha (yaumun nahr) sampai tenggelamnya matahari di akhir hari tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 Dzulhijjah.

Berqurban sangat dianjurkan bagi orang-orang yang mampu, karena qurban memiliki status hukum sunnah muakkadah, kecuali kalau berqurban itu sudah dinadzarkan sebelumnya, maka status hukumnya menjadi wajib. Anjuran berqurban banyak disebutkan dalam hadits diantaranya yang diriwayatkan dari sayyidah Aisyah bahwa tidak ada amal anak manusia pada hari nahr yang lebih dicintai Allah swt melebihi mengalirkan darah (menyembelih qurban). Sebelum anjuran itu, dalam al-Qur’an Allah swt juga sudah menganjurkan hamba-hambanya untuk berqurban. Pesan itu termaktub dalam al-Kautsar ayat 2

فصل لربك وانحر (الكوثر: 2)

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkuebanlah(QS. Al-Kautsar)

Berqurban merupakan ibadah yang muqayyadah, karena itu pelaksanaannya diatur dengan syarat dan rukun. Tidak semua hewan dapat digunakan dalam arti sah untuk berqurban. Hewan yang sah untuk berqurban hanya meliputi an’am saja yaitu sapi, kerbau, onta, domba, atau kambing, dengan syarat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menyandang cacat, gila, sakit, buta, buntung, kurus sampai tidak berdaging atau pincang. Cacat berupa kehilangan tanduk, tidak menjadikan masalah sepanjang tidak merusak daging.

Itupun harus dilihat umurnya. Onta dapat dijadikan sebagai qurban apabila telah mencapai 5 tahun. Jika sapi atau kerbau minimal berumur 2 tahun. Jika qurban berupa kambing domba (adh-dha’n) minimal telah berumur 1 tahun, sedangkan kambing kacang (al-Ma’z) paling tidak sudah berumur 2 tahun. 
   
Dalam praktiknya, berqurban dapat dilaksanakansecara pribadi atau orang perorang dan dapat pula secara berkelompok. Setiap 7 (tujuh)orang dengan seekor sapi atau kerbau atau onta. Ketentuan ini didasarkan pada sebuah hadits dari sahabat Jabir sebagai berikut:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نشترك فى الابل والبقر كل سبعة منا فى بدنة (متفق عليه)

Nabi memerintahkan kepada kami berqurban satu unta atau satu sapi untuk setiap tujuh orang dari kami (Muttafaq Alaih)

Adapun korban kambing hanya dapat mencukupi untuk qurban bagi seorang saja (Iqna’), jadi tidak diperbolehkan dua orang menggabungkan uangnya lantas dibelikan satu kambing dan berqurban dengan satu kambing tersebut. Berdasarkan perbedaan status hukumnya antara sunnah dan wajib, distribusi daging qurban sedikit berbeda. Bagi mereka yang berqurban sunnah, boleh bahkan disunahkan untuk ikut memakan daging qurbannya, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير (الحج :28)

Dan makanlah sebagian dari padanya (an’am) dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi faqir.

Begitu pula yang diceritakan dalam hadits bahwa Rasulullah saw. memakan hati hewan qurbannya. Adapun bagi mereka yang berqurban karena wajib dalam hal ini nadzar, maka tidak boleh atau haram memakan dagingnya. Apabila dia memakannya, maka wajib mengganti sesuatu yang telah dimakan dari qurbannya.

Lalau bagaimana kalau salah satu bagian hewan qurban itu dijual? Pada prinsipnya qurban adalah sedekah yang diperuntukkan bagi kaum dhuafa’, fakir, miskin secara Cuma-Cuma. Karena itu, pemanfaatannya juga tidak boleh keluar dari batas-batas itu, termasuk di dalamnya menjual anggota qurban. Dalam kitab Iqna’ disebutkan bahwa tidak diperkenankan menjual sesuatu dari hewan qurban berdasarkan pada haidts riwayat Hakim sebagaimana berikut:

من باع جلد أضحية فلا أضحية له (رواه الحاكم)

Barang siapa menjual kuliy qurbannya, maka tidak ada qurban baginya. 
(HR. Hakim)

Ini berarti penyembelihan itu hanya menjadi sedekah biasa tanpa mendapatkan keutamaan besar dari qurban. Tapi boleh bagi yang berqurban untuk mengambil kulitnya untuk dimanfaatkan sebagai sandal. Sepatu, tempat air dan lain sebagainya. Tetapi tetap saja tidak boleh dijual bahkan dianjurkan menyedekahkannya karena lebih utama.

Daging quban disyaratkan untuk dibagiakan kepada fakir miskin dalam keadaan masih mentah atau tidak berupa masakan. Ketentuan ini mengandung maksud agar fakir miskin dapat secara bebas mentasharufkannya (memanfaatkannya), apakah untuk dimasak sendiri ataukah untuk dijual karena pada dasarnya daging itu adalah miliknya sendiri.   


Hewan yang mencukupi dan sah untuk berqurban adalah:

1. Domba (
dlo'nu), apabila sudah berumur satu tahun sempurna dan memasuki tahun yang kedua.
2. Kambing kacang/ jenis kecil (
ma'zu), apabila sudah berumur dua tahun sempurna dan memasuki tahun yang ketiga.
3. Sapi, apabila sudah berumur dua tahun sempurna dan memasuki tahun yang ketiga.

Untuk satu ekor unta dan sapi itu mencukupi untuk qurbannya tujuh orang, sedangkan kambing itu hanya mencukupi untuk qurbannya satu orang. Satu orang yang berqurban dengan satu ekor kambing itu hukumnya lebih utama dibanding orang yang berqurban dengan seekor unta atau sapi yang digunakan berqurban secara 
musyarakah (persekutuan) untuk tujuh orang.

Ada beberapa hal yang menyebabkan hewan tidak sah digunakan berqurban, yaitu:
1. Hewan yang buta salah satu matanya

2. Hewan yang pincang salah satu kakinya, walaupun pincangnya itu terjadi         ketika akan disembelih, yaitu ketika dirubuhkan dan ia bergerak 
dengan sangat kuat.

3. Hewan yang sakit
Seperti sakit yang tampak jelas yang menyebabkan kurus dan dagingnya rusak.
4. Hewan yang sangat kurus hingga menyebabkan hilang akalnya.
5. Hewan yang terputus sebagian atau seluruh telinganya.
6. Hewan yang terputus sebagian atau seluruh ekornya.

Sedangkan hewan yang pecah atau patah tanduknya  itu sah digunakan berqurban, begitu pula hewan yang tidak memiliki tanduk.

Hewan qurban itu diperbolehkan disembelih mulai kira-kira lewatnya waktu yang cukup untuk melakukan dua rakaat dan dua khutbah yang cepat terhitung dari terbitnya matahari pada saat hari idul adlha sampai terbenamnya matahari pada ahir hari tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah.

Sedangkan waktu penyembelihan yang utama adalah ketika matahari kira-kira tingginya sudah ada satu tombak dalam pandangan mata pada saat hari raya Idul Adha.
Ketentuan dalam Berqurban
Orang yang berqurban diharuskan melakukan niat berqurban ketika menyembelih atau menta'yin (menentukan hewannya) sebelum disembelih

Orang yang mewakilkan penyembelihan hewan qurban (
muwakkil), maka sudah dianggap cukup niatnya, dan sudah tidak membutuhkan pada niatnya wakil (orang yang mewakili), bahkan apabila wakil itu tidak mengetahui bahwa muwakkil adalah orang yang berqurban itu juga dianggap cukup (sah).

Diperbolehkan bagi orang yang berqurban untuk menyerahkan niatnya pada orang Islam yang telah terkategori tamyiz, baik ia statusnya sebagai wakil atau bukan.

1. Bagi orang laki-laki hewan qurban sunnah disembelih sendiri, karena 
itba' (mengikuti pada Nabi)
2. Bagi orang perempuan sunnah untuk diwakilkan, dan sunah baginya menyaksikan penyembelihan yang dilakukan oleh wakilnya

Bila qurbannya sunnah, bukan qurban yang nadzar, maka diperbolehkan baginya;

1. Sunah baginya memakan daging qurban , satu, dua atau tiga suap, karena untuk 
tabarruk(mencari berkah) dengan udlhiyyahnya.
2. Diperbolehkan baginya memberi makan (
ith'am) pada orang kaya yang Islam
3. Wajib baginya menshadaqahkan daging qurban. Yang paling afdhal adalah  menshadaqahkan seluruh daging qurban, kecuali yang ia makan untuk kesunahan.
4. Apabila orang yang berqurban mengumpulkan antara memakan, shadaqah dan menghadiahkan pada orang lain, maka disunahkan baginya agar tidak memakan di atas sepertiga, dan tidak shadaqah di bawah sepertiganya.
5. Menshadaqahkan kulit hewan qurban, atau membuatnya menjadi perabot dan dimanfaatkan untuk orang banyak, tidak diperbolehkan baginya untuk menjualnya atau menyewakannya.
Melakukan Qurban untuk Orang Lain

Tidak diperbolehkan bagi seseorang melakukan qurban untuk orang lain, tanpa mendapatkan izinnya, walaupun orangnya sudah mati.

Hal ini akan menjadi boleh dan sah apabila mendapatkan izinnya, seperti permasalahan mayit yang telah berwasiat agar dilakukan qurban untuk dirinya, namun ada beberapa pengecualian yang tanpa memandang izinnya orang yang diqurbani, yaitu;

1. Qurban dari  wali (orang yang mengurus harta seseorang)  untuk orang              yang tercegah tasharrufnya (hak untuk mengelola harta), seperti untuk orang gila yang ada dalam perwaliannya.
2. Qurban dari imam (pemimpin muslimm) untuk orang-orang Islam yang diambilkan dari Baitul Mal (kas Negara).

Ketentuan dalam Menyembelih Hewan Qurban
Proses penyembelihan hewan qurban didahului dengan:

1. Membaca basmalah
2. Membaca Shalawat pada Nabi
3. Menghadap ke arah kiblat (bagi hewan yang disembelih dan 
orang yang menyembelih)
4. Membaca takbir 3 kali bersama-sama
5. Berdoa agar qurbannya diterima oleh Allah, orang yang 
menyembelih mengucapkan;

انهَ ُٓ َى تَقَجَ ْم يِ ٍْ يُحًََّدٍ َٔٓا ِل يُحًََّدٍ َٔيٍِْ ٔاُ َي ِخ يُحًََّدٍ

Ya Allah, terimalah sembelihan ini, dari Muhammad, keluarga Nabi Muhammad dan ummat Muhammad ( HR. Muslim no 1967, dari Aisyah ra )

Rukun penyembelihan itu ada 4, yaitu;
1. 
Dzabhu (pekerjaan menyembelih)
2. 
Dzabih (orang yang menyembelih)
3. Hewan yang disembelih
4. Alat menyembelih

Syarat dalam pekerjaan menyembelih adalah memotong 
hulqum (jalan nafas) dan mari' (jalan makanan). Hal ini apabila hewannya maqdur (mampu disembelih dan dikendalikan)

Kesunnahannya:

a. Memotong 
wadajain (dua otot yang ada disamping kanan dan kiri)
b. Menggunakan alat penyembelih yang tajam
c. Membaca bismillah
d. Membaca shalawat dan salam pada Nabi Muhammad. Karena menyembelih itu adalah tempat disyari'atkan untuk ingat pada Allah, maka juga disyari'atkan ingat pada Nabi

Syarat orang yang menyembelih:
a. Orang Islam / orang yang halal dinikahi orang Islam
b. Bila hewannya 
ghoiru maqdur, maka disyaratkan orang yang menyembelih adalah orang yang bisa melihat. Dimakruhkan sembelihannya orang yang buta, anak yang belum tamyiz  dan orang yang mabuk.

Syarat hewan yang disembelih:
a. Hewannya termasuk hewan yang halal dimakan
b. Masih memiliki hayatun mustaqirrah (kehidupan yang masih tetap), bukan gerakan di ambang kematian kematian.

Syarat alat penyembelih:
Yaitu berupa sesuatu yang tajam yang bisa melukai, selain tulang belulang.


Kiai M. Sholihuddin Shofwan
* Katib Syuriyah MWCNU Bareng Jombang, dan Ketua LTN-NU Jombang