Jakarta, NU Online
Wakil Menteri Agama RI Prof Dr Nasaruddin Umar, MA mengatakan, dulu, NU selalu dikonotasikan sebagai kaum sarungan di pesantren dengan konotasi yang negatif. Tapi baru-baru ini ada seorang profesor di Inggris yang berpendapat ternyata lembaga pendidikan paling canggih adalah pondok pesantren.
Salah seorang Mustasyar PBNU ini mengatakan hal itu pada peluncuran Program Pascasarjana Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta, di gedung PBNU, Jakarta, Rabu malam (3/7).
Di Inggris sekarang ini, ada yang dinamakan boarding school, mirip dengan pesantren, sistem itu menjadi pendidikan unggulan di Inggris, katanya.
Karena, tambah intelektual asal Sulawesi Selatan ini, menurut penelitian, di era globalisasi sekarang ini tidak ada yang bisa menciptakan kondisi paling baik selain boarding school.
Contohnya begini; di rumah, rokok tidak baik, di sekolah pun tidak baik, tapi antara rumah dan sekolah dimana-mana orang merokok. Jadi ada kepribadian ganda anak. Definisi kebenaran itu apakah di sekolah dan di rumah atau di lingkungan masyarakat? tanyanya.
Di boarding, apa yang diteorikan itu dikondisikan persis seperti di pondok pesantren. Jadi, kita harus berbangga bahwa pondok pesantren itu memang ternyata lembaga yang paling canggih.
Ia juga mengatakan, kita akan membuktikan bahwa Nahdalatul Ulama tidak hanya memiliki pesantren, tapi juga perguruan tinggi dan dunia pendidikan formal.
Selama ini, kata dia, dunia pesantren trade marknya NU, tapi sekolahan formal itu Muhammadiyah, Nah, sekarang kita akan membuktikan selain berkiprah di dunia pondok pesantren, tapi juga dunia perguruan tinggi, rumah sakit dan sebagainya. Dalam periode kita ini sudah ada tambahan 10 perguruan tinggi NU.
Peluncuran tersebut diisi dengan orasi ilmiah KH Said Aqil Siroj dengan judul, Urgensi Kajian Islam Nusantara. Hadir pada kesempatan itu sejumlah menteri, diantaranya Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmi Faisal Zaini, Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar, Menteri Perumahan Rakyat Djan Farid, Ketua STAINU Jakarta KH Mujib Qulyubi, serta pengurus PBNU, pengurus lembaga, lajnah, dan banom.
Penulis : Abdullah Alawi
No comments:
Post a Comment