KADAR IMAN SESEORANG TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA NABI SAW. KADAR CINTA PADA BANGSA TERGANTUNG KADAR CINTANYA PADA TANAH AIR

Dikunjungi

Sunday 30 September 2012

GUSDUR : ALLAH KOK DIAJAK KAMPANYE



Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam PBNU KH A Mustofa Bisri mengaku prihatin dengan sejumlah kelompok yang kerap memanfaatkan agama demi kepuasan nafsu politiknya. Selain mencoreng citra agama, sikap ini merupakan cermin ketidakmampuan mengenali Tuhannya.

Kiai yang akrab dipanggil Gus Mus ini berpendapat, mengikutsertakan agama untuk kepentingan tertentu, seperti kampanye politik adalah tindakan berlebihan.

“Gusti Allah diajak kampanye. Kebangetan tenankurang ajare nemen banget. Gusti Allah kok diajak kampanye. Kalau nggak bisa berpolitik, ya nggak usah berpolitik lah,” pintanya, saat berceramah pada peringatan seribu hari wafatnya Gus Dur di Jakarta, Kamis malam (27/9).

Menurutnya, perilaku keberagamaan harus ditunjukkan secara sederhana dan bijaksana. Tak cukup mengandalkan semangat mencintai Allah, tanpa disertai pengenalan secara mendalam tentang Allah.

“Kita lihat kembali, Allah itu apa? Jangan-jangan kita Allahu Akbar Allahu Akbar tapinggak tahu Allah itu segede apa. Atau jangan-jangan kita selalu bilang Allahu Akbar tapi pikiran kita sama sekali tidak ke Allah,” tegas kiai asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Bagi Gus Mus, mencintai Allah tanpa mengenalinya hanya berbuntut pengagungan pendapat sendiri. Akibatnya, yang bersangkutan menganggap perlu mengadakan pembelaan kepada Tuhan, termasuk dengan jalan kekerasan.

Lha wong agama kok dibuat ngerusak. Itu kan aneh bin ajaib. Gusti Allah itu ar-Rahman, ar-Rahim, al-Lathif. Lha kok ngerusakan, iku piye?” tuturnya.
 

Penulis: Mahbib Khoiron

Sunday 23 September 2012

MANA YANG SEJUK ? WAHABI ATAU ULAMA ASWAJA



















Berjenggot Tebal  dan Celana Cingkrang 
Telah Ada Sejak Zaman Nabi
 







أَقْبَلَ رَجُلٌ، غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ، مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ، نَاتِئُ الْجَبِينِ، كَثُّ اللِّحْيَةِ، مَحْلُوقٌ، فَقَالَ، اتَّقِ اللهَ
يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ رسنول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : منْ يُطِعْ اللَّهَ إِذَا عَصَيْتُ؟، أَيَأْمَنُنِي اللَّهُ، عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَلَا تَأْمَنُونِي؟، فَسَأَلَهُ رَجُلٌ قَتْلَهُ، أَحْسِبُهُ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ، فَمَنَعَهُ، فَلَمَّا وَلَّى، قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، أَوْ فِي عَقِبِ هَذَا، قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ، مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ.
(صحيح البخاري)
Berkata Abu sa’id Al Khudriy ra saat Nabi saw sedang membagi bagi harta pada beberapa orang, maka datanglah seorang lelaki, matanya membelalak, kedua pelipisnya tebal cembung kedepan, dahinya besar, janggutnya sangat tebal, rambutnya gundul, sarungnya pendek, berkata: Bertakwalah pada Allah wahai Muhammad…!, Sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang taat pada Allah kalau aku bermaksiat? apakah Allah mempercayaiku untuk mengamankan penduduk bumi dan kalian tidak mempercayaiku?” dan berkata Khalid bin Walid ra: Wahai Rasulullah, kutebas lehernya..! Rasul SAW melarangnya, lalu beliau SAW melirik orang itu yang sudah membelakangi Nabi saw, dan Rasul saw bersabda: “Sungguh akan keluar dari keturunan lelaki ini suatu kaum yang membaca Alqur’an namun tidak melewati tenggorokannya (tidak meresap ke hatinya), mereka semakin jauh dari agama seperti menjauhnya panah dari busurnya, mereka memerangi orang islam dan membiarkan penyembah berhala”, jika kutemui kaum itu akan kuperangi seperti diperanginya kaum ‘Aad”
(Shahih Bukhari).
Perhatikan kata : sarungnya pendek ( mereka membangga-bangakan diri non isbal )
Perhatikan kata :janggutnya sangat tebal ( mereka bangga diri dengan jenggot )
Kemudian perhatikat kata ini sekali lagi :
Rasul saw bersabda: “Sungguh akan keluar dari keturunan lelaki ini suatu kaum yang membaca Alqur’an namun tidak melewati tenggorokannya ( tidak meresap ke hatinya ), mereka semakin jauh dari agama seperti menjauhnya panah dari busurnya, mereka memerangi orang islam dan membiarkan penyembah berhala”, jika kutemui kaum itu akan kuperangi seperti diperanginya kaum ‘Aad
Dan ternyata keturunan mereka juga ada di Indonesia menyebarkan paham yang menyimpang berupa faham-faham eksklusif (karena menyempal dari pemahaman Para Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah), 

Akhir-akhir ini yang menjadi tantangan bagi warga NU adalah maraknya aliran-aliran baru yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Aliran-aliran tersebut seperti 
Ahmadiyah, LDII, MTA, Ingkar Sunnah, Salafi Wahabi, Syi’ah, HTI Dari beberapa kelompak dan aliran ini, ada ajaran amaliahnya jauh berbeda dengan apa yang selama ini menjadi tradisi di kalangan warga nahdliyin (warga Nu, sebagai ormas islam terbesar di indonesia). Bahkan mereka memvonis akidah amaliah warga NU seperti, tahlilan, yasinan, shalawatan, adalah perbuatan bid’ah, dan diharamkan melakukannya.
Saudaraku, Waspadai Virus Destroyer Nasionalisme Indonesia…. Karena akhir-akhir ini rupanya mulai muncul dari  sebagian kaum keblinger yang seperti sudah bosan dengan Indonesia. Bagi mereka Indonesia ini sudah tercemar oleh bid’ah dan kemusyrikan. Bahkan ketika kita melakukan hormat  bendera pun mereka tidak mau melakukannya karena beranggapan sama dengan menyembah bendera.Artinya, hormat  bendera  itu adalah perilaku syirik atau musyrik.Jika demikian, lalu masih adakah      nilai pentingnya Indonesia bagi kaum tersebut? Betapa  mereka asik dengan pikiran liar mereka sendiri.
Pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang direbut melalui, berbagai perjuangan; pemberontakan, peperangan grilya, peperangan terbuka dan diplomasi yang dilakukan oleh para pendiri negara kita terdahulu (pahlawan bangsa), tidak dimaksudkan untuk membuat Khilafah Islamiyah. Mereka sadar betul baik dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah, Persis, Nasionalis dan kelompok lainnya yang ikut berjuang, merebut kemerdekaan, mereka berjuang hanya untuk satu tujuan, yaitu Kemerdekaan Indonesia.
Sejarah panjang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, telah banyak mengorbankan ratusan ribu jiwa, mereka berjuang tanpa pamrih, tanpa embel-embel ingin jadi presiden atau mentri, bahkan tidak terpikirkan untuk jadi bupati sekalipun. Perjuangan mereka semata ditujukan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan yang kejam dan tidak berprikemanusiaan.
Munculnya beberapa aliran seperti, Salafi Wahabi  bukanlah mendamaikan umat Islam justru perpecahan yang terjadi dikalangan umat Islam. Islam melarang melakukan perbuatan kekerasan dan perpecahan, Islam adalah agama yang ramah, santun, yang menjunjung perdamaian, persaudaraan antar sesama. Salafi Wahabi adalah kelompok yang mengusung misi modernisasi agama dan perintisnya adalah Muhammad bin Abdil Wahhab di Nejd. Beliau adalah pengikut madzhab Imam Ahmad, akan tetapi dalam berakidah beliau mengikuti Ibnu Taimiyah.
NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia perlu segera mengambil bagian untuk mempertahankan dan membentengi NKRI dan Idiologi Pancasila.
Ketua Umum PBNU, Drs. A. Hasyim Muzadi mengisaratkan, bahwa posisi NKRI dan NU sekarang berada dalam “kepungan” ideologi transnasional: radikalisme Timur‑Tengah; liberalisme Barat. Menurut beliau radikalisme Timur Tengah dan liberalisme Barat sama‑sama berpotensi merusak NU dan NKRI.”
Senada dengan Kiai Hasyim, Ketua PBNU, KH. Masdar Farid Mas’udi menegaskan bahwa NahdIatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, kini sedang dalam posisi bahaya. Apa sebab, karena ada pihak‑pihak yang memprovokasi dan mengadu‑domba para tokoh NU dengan tujuan menciptakan konflik horisontal antar‑warga NU. Basis‑basis NU: masjid, pesantren, majelis ta’lim hingga. pengajian rutin dikampung -kampung diprovokasi agar berganti ”baju”, dari paham ahiussunnah wal jama’ah (Aswaja) ke paham Wahabi atau lainnya.
Kami ingatkan agar warga NU waspada terhadap kelompok tertentu yang hendak mengadu‑domba sesama kiai panutan nahdliyin, yang begitu beresiko menimbulkan konflik horisontal yang sangat keras di lapisan bawah,” papar Masdar kepada Risalah NU”.
Warning ini mengindikasikan betapa bahayanya pengaruh ideologi transnasional: radikalisme Timur‑Tengah; dan liberalisme Barat, terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.  Mereka sangat menguasai medan dan peta kekuatan politik Indonesia, sehingga sasaran utama yang mereka bidik adalah NU, sebab NU merupakan Organisasi Islam terbesar di Indonesia, dengan asumsi apabila NU bisa dilumpuhkan, maka secara otomatis, mereka leluasa untuk mengganti Idiologi Negara Pancasila dengan Idiologi Wahabi.
Ajaran Salafi Wahabi adalah, mengkafirkan sufi Ibnu Arabi, Abu Yazid al-Bustani. Mudah mengkafirkan muslim lain. Memvonis sesat kitab “Aqidatul Awam, dan Qashidah Burdah. Mengkafirkan dan menganggap sesat pengikut Mazdhab Asy’ari dan Maturidiyyah. Merubah beberapa bab kitab-kitab ulama kla sik, seperti kitab al-Adzkar an-Nawawi. Mereka menolak perayaan Maulid Nabi Muhammad karena menganggap acara tersebut sebagai acara bid’ah, dan perbuatan bid’ah menurut mereka adalah sesat semuanya. mereka menilai acara yasinan tahlilan adalah ritual bi’ah, padahal kedua amalan tersebut tidak bisa dikatakan melanggar syari’at, karena secara umum bacaan dalam susunan tahlil ada dalil-dalilnya baik dari al-Qur’an dan al-Hadits seperti yang sudah disampaikan oleh para ulama-ulama terdahulu. Dan mereka menolak kitab “Ihya’ Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali (hal.24-25).
sahabatku semua yang dirahmati Allah.
siapa yang tidak kenal dengan KH. Sya’roni Ahmadi al-Hafidz , bagi orang kudus dan sekitarnya pasti kenal..dan jika kamu tanya saya, saya jelas pasti mengenal beliau…
Umat Islam diajak berhati-hati terhadap kelompok Wahabi yang belakangan ini menyebarkan ajarannya dengan cara memalsukan kitab-kitab Sunni. Dalam kitab dipalsukan itu terdapat amalan-amalan sunnah Nabi dilencengkan menjadi “haram”.
KH Sya’roni yang juga Mustasyar PBNU itu mengatakan, upaya yang dilakukan kaum Wahabi yang mengharamkan amalan sunnah Nabi seperti peringatan haul maupun ziarah kubur sangat menyesatkan ummat Islam.
“Umat Islam harus mengerti supaya hati-hati terhadap kitab-kitab yang dipalsukan oleh Wahabi tersebut,” tegasnya.
Saat menerangkan tentang haul, Mbah Sya’roni, sapaan akrabnya, menjelaskan peringatan itu adalah sunnah Nabi. Ia mengutip sebuah kitab Na’jul Balaghahkarangan ulama Sunni menceritakan bahwa setiap tahun sekali Nabi Muhammad melakukan ziarah kubur kepada makam sahabat-sahabatnya yang gugur dalam perang Uhud.
“Sekarang kitab itu telah digubah atau dipalsu Wahabi dengan menyebutkan ziarah kubur haram. Saya memiliki kitab yang palsu tersebut. Kitab tadi saya taruh di madrasah qudsiyah dan saya tulisi jangan baca kitab ini karena ada ajaran yang melenceng,”tutur Mbah Sya’roni.
Di depan ratusan tamu undangan yang hadir itu, Mbah Sya’roni menegaskan juga tasmiyatul maulud (meresmikan nama anak) merupakan sunnah Nabi. “Pengertian sunnah adalah ucapan, perbuatan dan pengakuan Nabi atas kebenaran perbuatan orang lain,”
kawanku semua yang dirahmati Allah.
Kenapa Salafy wahabi Dikecam
Lantas, apa yang membuat kelompok Salafy dikecam? Karena kelompok Salafy kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Inilah yang menimbulkan tenaga gelombang itu membesar.
Salafy acapkali mencela ulama seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha, Hasan al-Banna, Taqiyuddin An-Nabhani, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin, ’Aidh al-Qarni, Yusuf al-Qaradhawi dan sebagainya. Sementara gerakan Islam yang diserang Salafy diantaranya: Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, FIS Al-Jazair, tak terkecuali Persis, NU, Muhammadiyah, Majelis Mujahidin, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan sebagainya.
Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Salafy. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khawarij, pemberontak, ruwaibidhah (dungu), ahlu takfir, gerakan sempalan sesat, serta teroris, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya.
Pendiri al Irsyad KH Ahmad Syurkati pun tak luput dari celaan pemuda-pemuda Salafy ekstrim. Dengan sinis mereka menyebut Syurkati mufti kolonial Belanda, mengambil dana lotere untuk memperkuat lembaga.
Anehnya, ketika (ulama) Salafy dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya. Seabreg kecaman pun tertuju kepada Salafy, ketika kelompok ini anti bicara politik, tidak peka terhadap penderitaan kaum Muslimin, fanatik kepada para syaikhnya, keras menghukumi saudaranya sendiri. Sementara pemurtadan merajalela
Wahabi punya slogan top yaitu: “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah menurut pemahaman Sahabat”. Dengan Slogan inilah Wahabi dengan sombong mengklaim bahwa hanya Wahabi satu-satunya pengikut faham Salaf. Mereka sering berteriak, kebenaran hanya satu yaitu Salafi/Wahabi. Pengakuan Wahabi sebagai pengikut Salaf  serta merta membuat mereka merasa  berhak memakai nama “Salafi”.  Ternyata klaim ini adalah bohong besar. Terlalu banyak fakta yang membantah telak atas klaim Wahabi sebagai pengikut Salaf. Oleh karena itulah di mana-mana di dunia ini Wahabi digugat sebagai penipu dan dikatakan sebagai pengikut palsu Salafuna Shalih. Perkataan-perkataan para Ulama Wahabi yang sering meremehkan ucapan Sahabat Nabi sebagai menyalahi AlQur’an dan Sunnah, kemudian ditiru para pengikutnya secara taqlid buta,  itu semua cukup menjadi bukti ataspengakuan palsu Wahabi sebagai pengikut Salaf. 
Sebagai buku rujukan cobalah baca bukuJudul: Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah (Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, Hizbut Tahrir Dan LDII) 
Penulis : Nur Hidayat Muhammad 
Pengantar: Shofiyullah Mukhlas Lc., 
M.A.Penerbit: Nasyrul Ilmi, Kediri
Cetakan: I, April 2012
Tebal: xvi + 288 hlm.
Peresensi: Ach. Tirmidzi Munahwan



Dengan membaca buku ini anda akan diajak untuk mengenali beberapa aliran yang ada di Indonesia serta aspek-aspek kesesatannya yang telah menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Buku ini terdiri dari tiga bab pertama, menjelaskan aliran-aliran yang berkembang di Indonesia seperti, Ahmadiyah, LDII, MTA, Ingkar Sunnah, Salafi Wahabi, Syi’ah, HTI, Muhammadiyyah, dan Ahlusunnah Wajjama’ah. Kedua, membantah tuduhan wahabi dan MTA. Ketiga, tanya jawab seputar tarekat sufi, sebagai penegas amaliah tarekat sufi yang tidak bertentangan dengan syari’at. Buku ini diharapkan sebagai benteng warga NU dari serangan aliran-aliran dan faham yang saat ini marak dan berbeda dengan mayoritas umat Islam pada umumnya.
semoga bermanfaat

Thursday 20 September 2012

NU SESUNGGUHNYA ADA DI RANTING



Cirebon, NU Online
NU merupakan gerakan keumatan. Kekuatan NU dalam arti sesungguhnya tidak terletak di tingkat pengurus besar (PB) atau pengurus wilayah (PW), melainkan berada di ranting dan kelompok anak ranting (KAR).
Begitu pandangan Rais Syuriah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi dalam perbincangan dengan NU Online di Pesantren Kempek, Cirebon, Senin.

“Kita harus merubah cara pandang yang salah. Selama ini kita selalu menilai kekuatan NU berada di tingkat PB, PW hingga PC. Padahal kekuatan NU seungguhnya justru dari PC ke bawah, yakni mulai MWC, ranting hingga kelompok anak ranting,” papar Masdar.

Masdar mengatakan, struktur organisasi NU berbeda dengan negara. Pasalnya NU merupakan gerakan keumatan atau civil society, yang kekuatan dilihat secara langsung dalam kehidupan di tengah masyarakat. Karenanya, penggerak NU harus bersinggungan secara langsung dengan umat di bawah.

Pada Muktamar ke-32 di Makassar 2010, lanjut Masdar Farid Mas’udi, NU telah mendefenisi ulang tentang struktur organisasi dengan memasukkan masjid sebagai bagian  integral dari jenjang kepengurusan mulai level kelompok anak ranting, ranting, majelis wakil cabang hingga level teratas.

“Gerakan keumatan NU harus berbasis masjid, karena masjid menjadi tempat berkumpul umat sepanjang waktu. Hanya dengan masjid kita bisa mengidentifikasi mana orang NU dan mana yang bukan NU,” kata Masdar.

Saat memberikan arahan kepada para peserta pertemuan alumni dan penggerak Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Luar Negeri yang mengikuti Munas dan Konbes 2012 di Pesantren Kempek, Masdar menekankan betapa pentingnya posisi masjid sebagai pusat strategis gerakan keumatan NU.

“Saya mengajak kawan-kawan PCI NU untuk ambil bagian langsung dalam memperkuat gerakan keumatan NU dengan terjun langsung di tengah masyarakat. Kelompok anak ranting, ranting, dan majelis wakil cabang harus diisi kader-kader tangguh yang berkualitas,” ujarnya.

Dalam konteks itu, sambung Masdar, peran yang harus diperkuat oleh NU di level anak ranting, ranting, hingga majelis wakil cabang. “Mindsetnya jangan dibalik dengan mengedepankan PB, PW atau PC. Kalau itu yang dikedepankan, NU akan menjadi organisasi tanpa umat, sehingga setiap instruksi yang disampaikan tidak pernah didengar,” terangnya.

Masdar berkeyakinan, bila orientasi gerakan keumatan NU diperkuat di lapis terbawah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, keberadaan NU akan semakin kuat dan mengakar. NU akan memiliki barisan pengikut yang terstruktur dengan baik, solid dan kompak.

Kekuatan di tingkat akar rumput tersebut secara otomatis akan mempengaruhi peran dan posisi tawar NU pada kancah lokal maupun nasional. Dengan demikian, program apa pun yang digagas NU akan terlaksana dengan baik berkat kokohnya struktur organisasi mulai level terbawah hingga teratas.



Wednesday 5 September 2012

JIHAD DALAM ISLAM Dulu dan Kini


Al-Qur’an menyebutkan kata ja-ha-dasebanyak 42 kalimat dengan shighât yang berbeda, sebagimana yang telah diteliti oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam indeks al-Quran.  Salah satunya berada dalam surat al-Ankabût ayat 69: “Dan orang-orang yang berjihad (jâhadû) untuk mencari keridhaan kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” 

Hadits-hadits yang berbicara seputar jihad juga amat banyak. Sahabat Anas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya surga berada di bawah naungan pedang.”  Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan “Barang siapa yang kakinya berdebu karena jihad fi sabilillah maka Allah akan mengharamkan kepadanya neraka.”

Imam al-Nawawi mencantumkan hadits keutamaan jihad sebanyak 67 hadits dalam kitabnyaRiyâdh al-Shâlihîn. Diantaranya diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang “Wahai Rasulallah, perbuatan apa yang paling mulia?” Kemudian Nabi menjawab “Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.” Sahabat itu bertanya lagi “Kemudian apa?” Nabi menjawab “Jihad di jalan Allah.” Lantas bertanya lagi “Kemudian apa?” Nabi menjawab“Haji mabrur.”

Senada dengan hadits di atas, Ibnu Mas’ud RA bertanya kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulallah, amal apa yang paling dicintai Allah?” 

Nabi bersabda “Shalat tepat waktu.”
“Kemudian apa?” tanya Ibnu Mas’ud selanjutnya.
“Berbakti kepada kedua orang tua.”
“Kemudian apa?”
“Jihad di jalan Allah,” jawab nabi mengakhiri. 

Dari kedua hadits di atas dapat diketahui bahwa jihad adalah memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam konteks amal yang mulia (al-a’mâl al-afdhâl) jihad menempati urutan kedua setelah iman. Sedangkan dalam konteks amal yang dicintai Allah (ahabb al-a’mâl) jihad menempati urutan ketiga setelah shalat tepat waktu dan berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abi Yahya bahwa Nabi bersabda “Barang siapa yang menyumbangkan dananya untuk jalan Allah maka akan ditulis baginya pahala sebanyak 700 kali lipat.”

Dalam literatur fiqh pun, para ulama memposisikan jihad sebagai pembahasan bab tersendiri. Seperti Syaikh Taqiyyuddin al-Hishni dalam kitabnya Kifâyah al-Akhyâr, beliau memberikan penjelasan panjang tentang jihad dengan mengkaitkan peristiwa jihad pada zaman Rasulullah SAW.

Pengertian dan tujuan
Jihad secara bahasa (lughatan) berarti mengerahkan dan mencurahkan. Sedangkan secara istilah syari’ah (syar’an) berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan menegakkan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan Allah SWT.

Jihad dibagi menjadi tiga. Pertama, jihad dengan perkataan (bi al-lisân), yaitu menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam kepada manusia serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk dalam jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar dan aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah. 

Kedua, jihad dengan harta (bi al-mâl), yaitu menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah SWT khususnya bagi perjuangan dan peperangan untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga mujahid yang ditinggal berjihad. Ketiga, jihad dengan jiwa (bil al-qitâl), yaitu memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan umat Islam. Dan ungkapan jihad yang dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti berperang di jalan Allah.

Adapun Jihad disyari’atkan bertujuan agar syari’at Allah tegak di muka bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan balas dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi kaum yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak semata-mata membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena Islam menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam Islam untuk menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan manusia (QS. al-Nisâ’ 74-76).

Hukum Jihad 
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh Kamil Muhammad bahwa hukum Jihad secara umum adalah fardhu kifayah, artinya jika sebagian umat telah melaksanakannya maka sebagian yang lain terbebas dari kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS al-Tawbah 122).

Jihad berubah menjadi fardhu ‘ain (wajib secara individu) jika [1] sang pemimpin atau presiden memerintahkan warga muslim untuk berperang, maka hukumnya menjadi fardhu ‘ain untuk berperang. [2] Ketika musuh sudah datang ke suatu negeri, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh penduduk di daerah atau wilayah tersebut.

Jihad Kekinian
Jihad yang kita fahami selama ini—begitu pula dalam tulisan di atas—seakan-akan hanya melawan musuh yang berupa manusia saja. Padahal, sebagaimana yang kita ketahui berdasarkan hadits Nabi SAW, jihad terbesar setelah perang badar kubro adalah jihad melawan hawa nafsu. 

Jika diinterpretasikan lebih dalam lagi, selain musuh berupa “hawa nafsu” maka masuk juga di dalamnya musuh-musuh yang berbentuk pemikiran-pemikiran liberal, radikalisme, fundamentalisme, westernisasi, aliran sesat, dan lain-lain. Termasuk juga musuh-musuh media. Kini banyak berita atau foto yang memprovokasi banyak orang sehingga menimbulkan kebencian antarsesama atau bahkan pertikaian antarumat. Ditampilkan dan di-upload secara besar-besaran padahal belum tentu itu sesuai fakta. Melihat fenomena ini maka kita perlu menampilkan berita, kisah, dan foto sungguhan yang dengan membacanya, orang akan senang, merasa damai, menambah ikatan persaudaraan dan melahirkan gagasan-tindakan dalam kebaikan. Inilah jihad media. 

Nah, jika musuh-musuh sudah merajalela di muka bumi ini, mengapa kita diam saja? Maka wajiblah kepada kita untuk berjihad!  WaLlâhu A’lam. 

*) Penulis adalah mahasiswa Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

SALAFI HAWABI PERAMPOK AQIDAH & PENGHANCUR SYARI'AT



Guru dari empat imam madzhab, tabi'ut dan tabi'in dan khulafairrosyidin shohabat 4 dan bersambung Baginda Rasulullah Saw.

Siapakah ulama salaf itu wahabi...?
Dan anda mengikuti ulama salaf yg mana...?
Apa itu ma'na sunnah.....?
Apa ma'na salafiyah......?
Apakah anda berjalan dalam ma'na salafiyah tidak....?
Apakah anda menjalani sunnah ulama salaf....?

Bid'ah apa yg tidak dilakukan Rasulullah sa
w, shohabat Nabi khulafairrosyidin, tabi'in, tabi'ut ulama salaf madzhab empat dan qoul ulama madzhab.....?
Bid'ah kawin haram nikah kontrak misyar pelacuran tertutup agama...?
Bid'ah haqiqiyah dan bid'ah idhofiyah....?

Apakah tauhid yg sudah senpurna oleh Rasulullah saw harus dimurnikan lagi...?
Dasar ahlul bid'ah sesungguhnya alaihi la'natullah umat nabi baru muhammad bin abdul wahab....perampok aqidah dan penghancur syari'at....





Sumber : DENSUS 313